KOMODITI SENG
Oleh :
Doddy Setia Graha
Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang,
BANTEN, 42116
HP 0817799567
SARI
Seng adalah unsur logam, biru-abu-abu, dengan nomor atom 30. Seng
merupakan konduktor listrik yang cukup baik.
Mineral seng yang paling banyak dan paling ekonomis berupa Zeng
sulfida disebut spalerit, Smithsinit, Hemimorphit, Franklinit, Zincit dan Wilemit.
Penggunaan seng yang terbesar sebagai pelapis
tipis untuk produk besi dan baja yang perlu dilindungi dari karat. Proses ini
disebut galvanisasi. Penggunaan terbesar kedua seng sebagai paduan (selain
kuningan atau perunggu). Konsumsi seng yang tersisa untuk membuat cat, bahan
kimia, aplikasi pertanian, dalam industri karet, di layar TV, lampu neon dan untuk
baterai sel kering. Selain itu seng juga
banyak digunakan di dalam industri keramik, kosmetik, sebagai obat-obatan
tekstil, kimia dan sebagainya.
1.
Asal Mula Jadi
Seng adalah unsur logam, biru-abu-abu,
dengan nomor atom 30. Pada suhu kamar, seng rapuh tetapi menjadi lentur pada
100o C dapat ditempa dan dibentuk menjadi bengkok. Seng merupakan
konduktor listrik yang cukup baik. Hal ini relatif tahan terhadap korosi di
udara atau air sehingga digunakan sebagai lapisan pelindung pada produk besi
untuk melindungi dari berkarat.
Seng
merupakan salah satu logam dasar yang penting dalam industri. Logam seng
umumnya dihasilkan bersama-sama dengan tambang, timbal dan sampai dewasa ini
belum ada yang khusus mengusahakan seng.
Mineral
seng yang paling banyak dan paling ekonomis berupa Zeng sulfida disebut
spalerit atau seng blende atau masih banyak lagi nama lainnya, mempunyai rumus
kimia ZnS dan mengandung 57 – 76 % Zn. Disamping itu mineral-mineral seng yang
kurang ekonomis dibandingkan sphalerit ialah :
¨
Smithsinit (Zn CO3);52% Zn
¨
Hemimorphit (Zn4Si2O7 (OH)2H2O),
% Zn
¨
Franklinit [(Zn, Fe, Mn) O]; 14,2% Zn
¨
Zincit (Zn O); 80,3% Zn
¨
Wilemit (Zn2 Si O4); 58,5% Zn
¨
Spalerit (Zn S) 67% Zn
Mineral-mineral
seng kebanyakan terjadi bersama-sama dengan mineral-mineral besi, tembaga, emas
dan perak. Seperti halnya dengan cebakan timbal, jebakan seng terjadi akibat
proses replacement dan pengisian celah (cavity
filling). Mineral-mineral seng terutama jika dalam bentuk oksida mudah
larut sehingga oleh karena itu cebakan seng jarang terlihat dipermukaan tanah
sebagai singkapan, jika dilapangan ditemukan struktur gosan, dan didapatkan
adanya mineral timbal maka dapat diharapkan di dalam gosan tersebut terdapat
mineral seng terutama sekali jika gosen tersebut terdapat dalam batuan
karbonat.
Dibandingkan
dengan timbal pemakaian di dunia diperkirakan 1,8 juta ton pertahun atau 10%
lebih kecil daripada pemakaian timbal. Seng digunakan kebanyakan daripada
jebakan tersebut sudah diusahakan sebelum perang akan tetapi karena hasilnya
mengecewakan disebabkan oleh karena kadarnya yang rendah dan cadangannya
terbatas sehingga kemudian ditinggalkan. Kadar Pb disini adalah kira-kira 13,5 %
sampai 20 % sedangkan Zn adalah kira-kira 1,6 % sampai 0 %. Mineralnya biasanya
dalam bentuk sulfida yakni gaknit dan sphakrit.
2. Nama
Pada tahun 1200, India
produksi logam seng dengan membakar bahan organik smithsonite (ZnCO3, karbonat
seng). Seng digunakan jauh sebelum itu dikenal sebagai elemen yang berbeda. Seng
telah ditemukan pada 1000 SM diidentifikasi sebagai elemen. Pada tahun 1746
oleh Jerman, Andreas Marggraf mengidentifikasi elemen tersebut sebagai seng.
Derivasi dari seng
diketahui tetapi berasal dari kata yang mirip zinker Jerman yang digunakan
untuk Zink elemen.
3.
Sifat Fisik
Spalerit – ZnS
Sistem kristal : Kubik
(Gambar 1.)
Belahan : Sempurna
Kekerasan : 3,5
– 4
BD : 3,9 -
4,1
Kilap : Damar sampai sub logam
Warna : Merah jingga sampai mendekati hitam
Gores : Coklat sampai kuning
Optik : Cerah, isotrop, n = 2,36 - 2,47
Terdapatnya : Mineral
utama dari seng ditemukan sepanjang urat-urat mesotermal dengan galena dan
sulfida.
Gambar
1. Bentuk kristal spalerit
4.
Kegunaan
Seng relatif tidak reaktif
di udara atau air. Akibatnya, itu diterapkan dalam lapisan tipis untuk produk
besi dan baja yang perlu dilindungi dari karat. Proses ini disebut galvanisasi.
Galvanizing dilakukan dalam beberapa cara. Secara umum, logam yang dicelupkan
ke dalam seng cair. Hal ini juga dapat dilakukan dengan elektroplating atau
lukisan di lapisan senyawa seng. Lebih dari setengah dari seng yang dikonsumsi
digunakan untuk galvanisasi.
Penggunaan terbesar kedua
seng sebagai paduan (selain kuningan atau perunggu). Konsumsi seng yang tersisa
untuk membuat cat, bahan kimia, aplikasi pertanian, dalam industri karet, di
layar TV, lampu neon dan untuk baterai sel kering. Celengan terbuat dari seng -
dengan lapisan tipis dari tembaga di atas.
Selain
seng banyak digunakan sebagai bahan untuk bangunan, ternyata seng banyak
digunakan untuk proteksi logam terhadap korosi. Seng digunakan sebagai bahan
campuran logam pigment, reducing agents, lithographic plate, cell-cell kering.
Selain itu seng juga banyak digunakan di
dalam industri keramik, kosmetik, sebagai obat-obatan tekstil, kimia dan
sebagainya.
5.
Penyebaran
Sebaran
endapan biji seng banyak terdapat di berbagai daerah seperti terlihat pada
Tabel 1. Kebutuhan seng setiap tahun relatif meningkat, untuk itu diperlukan
pengusaha dalam memperdayakan cadangan seng yang ada.
Tabel 1. Seng
Provinsi
|
Lokasi
|
D.I. Aceh
|
K. Beurrung, K. Isep, Pasir Putih, Lokop
|
Sumatra Utara
|
Bululaga, Nias, Sihajo, Huta
Bargot, Muara Soma, Ulu Aekgeneme, Estella, Pagaran Si Ayu, Bukit Pionggu,
Mulilir, G. Marisi, Sidingin.
|
Sumatra Barat
|
Sumpu, Balung, Batangbio,
Batu Menjulur, lubuk Sulasih, Sungai Talang, Sungai Pagu, Bulangsi, Tepan, Mangani,
G. Arum.
|
Sumatra Selatan
|
S. Tubah, Aer Kulus, Aer Siri,
Bukit Lajak, Kikim Besar
|
Bengkulu
|
S. Ipah, G. Batu Bertulis,
Aer Penejum, Aer Saleh, Aer Iaten, Aer Bagus, Tabah Tembilang, Aer Anget , Aer
Limpur, Cepci, Aer Kedurang, Aer Loh, Muara Imou Tanag, Lebong Simpang, Lebong
Donok, Lebong Sulit, Lebong Kandis, Simau, Tambang Sawah.
|
Lampung
|
Rajabasa, G. Ratai
|
Banten
|
Cirotan
|
Jawa Barat
|
Cirotan, G. Parang, G. Sawal
|
Jawa Timur
|
Janglot, Dawuhan, Kidung
Pring, Tegalrejo, Domasan, Kalitelu, Kasihan, Brungkah, Batu Ulu
|
Kalimantan Barat
|
Mandor, Bengkayang, S. Samarayak
|
Kalimantan Tengah
|
S. Mentaga
|
Kalimantan Timur
|
S. Mara
|
Sulawesi Selatan
|
Sasak, Masupu, Bobokan
|
Sumber : Dari berbagai sumber
6.
Daftar Acuan
Undang-Undang
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang
Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah
Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
Keputusan Presiden
Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Peraturan Menteri
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Buku, Majalah, Peta
Atmawinata,
S., H.Z. Habidin, 1991, Geologi Lembar Ujung Kulon, Jawa, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Bates, R.L.,
1969, Geology of the Industrial Rocks and Minerals, Dover Pub. Inc.
Battay,
M.H., 1972, Mineralogy For Student, Longman Group Ltd.
Departemen
Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Departemen
Pertambangan dan Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen
Pertambangan dan Energi.
Direktorat Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia, Departemen
Pertambangan.
Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi
Minyak dan Gas Bumi 2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting
Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha,
D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan
Galian Indonesia, Unpub.
..........., 2001, Daya Dukung Alam Banten Dalam Pembangunan, Koran Fajar
Banten, Banten.
……....., 2003, Potensi Bahan Galian di Banten Selatan, Majalah Menara
Banten, Banten.
……....., 2004, Ketersedianya Sumberdaya Alam Di Masa Datang, Koran Fajar
Banten, Banten.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan,
Unpub.
Hurlburt, C.S., 1971, Dana’s Manual of Mineralogy, Eignteenth Ed.,
John Wiley and Sons.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia,
Direktorat Sumberdaya Mineral.
Middlemost,
E.A.K., 1985, Magmas and Magmatic Rocks, Longman Group Ltd.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 144 H.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina
Aksara, Jakarta.
Sujatmiko, S.
Santosa, 1992, Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Internet
http://www.aspindo-imsa.or.id/berita/Potensi dan Peluang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar