ASPAL
Oleh :
Doddy Setia Graha
Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567
SARI
Aspal atau bitumen adalah suatu
cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung
sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur
mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang
berasal dari minyak bumi).
Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon
sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun
aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
Aspal
merupakan bitumen yang merupakan istilah umum untuk sekelompok material yang
terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat di lebur (fusible) dan mencair (soluble)
dalam karbon disulfide, yang termasuk kelompok ini adalah Aspal, Aspaltit, Mineral wax (lilin), Pirobitumen dan Aspaltit Pirobitumen.
Aspal
yang dikenal saat ini dan dipergunakan dipasaran dapat digolongkan menjadi dua
berdasarkan kepada proses pembentukannya, yaitu :
·
Aspal minyak diperoleh dari
penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai kadar, volume lebih besar dan
lebih ekonomis daripada aspal alam.
·
Aspal alam mulai digunakan sekitar
3000 SM penambangannya dilakukan dari sumuran terbuka atau danau. sedangkan di
Indonesia aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Produksi
aspal Indonesia terdiri dari aspal alam dan aspal minyak yang dihasilkan oleh
empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin, yaitu Kilang Pangkalan Brandan,
Musi, Cilacap, dan Wonokromo. Potensi
cadangan aspal alam di Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar
bitumen 20-30%.
Aspal dapat digunakan sebagai pelapis
permukaan jalan, baik campuran dingin (cold
mix) maupun campuran panas (hot mix).
Pada campuran dingin aspal dicampurkan
pada temperatur rendah dengan minyak pelunak (fluk oil/bunker oil) di dalam
campuran panas absuton diperoleh dengan campuran minyak pelunak dan agregat
dengan aspal panas di dalam Aspalt, Mixing Plant. Industri yang memerlukan material
aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu batere, barang dari karet,
dan barang dari logam.
1.
Asal
Mula Jadi
Aspal
ialah bahan hidro karbon yang bersifat
melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering
juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal
dari aspal alam (aspal buton} atau aspal
minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal
dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau
bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat
dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat
pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang
sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama
aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang
mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan
karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan
beberapa atom lain.
Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang,
dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.
2.
Istilah
Aspal merupakan bitumen yang merupakan istilah umum untuk
sekelompok material yang terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat di
lebur (fusible) dan mencair (soluble) dalam karbon disulfide, yang
termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut :
¨ Aspal adalah material berwarna hitam dengan sementasi yang solid
atau semi solid. Secara umum aspal akan melunak jika dipanaskan dan kembali
lebih solid setelah dingin. Di alam aspal ditemukan diruangan bercelah dan pori
batuan atau dari produk sampingan penyulingan minyak.
¨ Aspaltit adalah material berwarna hitam secara alami terjadi dari
bitumen solid, biasanya mengkilap dan pecahannya membentuk konkoidal. Aspalitit
yang sudah dikenal adalah kilsonit (wintahit), grahamit dan danter.
¨ Mineral wax (lilin) adalah material yang solid atau semi solid.
Secara relatif dapat disebut sebagai bitumen, tidak mudah menguap, warnanya
bervariasi dan kilap lilin. Mineral lilin yang cukup dikenal adalah ozokerit.
¨
Pirobitumen
adalah material berwarna hitam berupa hidrokarbon yang solid dapat dilebur dan
relatif dapat dicairkan dalam karbon disulfide. Penamaan material ini
berdasarkan sifatnya yang baru membentuk hidrokarboncair atau gas setelah
dipanaskan.
¨
Aspaltit
pirobitumen adalah sebagai substantially free of oxygenated bodies. Misalnya,
wurtzilit (elaterit), alberit, dan impsonit. Sedangkankan non-aspaltik
pirobitumen mengandung oxygenated bodies seperti batubara dan gambut.
Memang ada aspal yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi
selain itu ada juga aspal yang dihasilkan sebagai bahan galian atau hasil
tambang. Di Indonesia bahan galian aspal sudah lama dikenal orang. Aspal yang
dikenal saat ini dan dipergunakan dipasaran dapat digolongkan menjadi dua
berdasarkan kepada proses pembentukannya, yaitu :
¨
Aspal Minyak
Aspal minyak diperoleh dari
penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai kadar, volume lebih besar dan
lebih ekonomis daripada aspal alam. Adanya variasi kadar ini memungkinkan
dipakainya aspal di berbagai industri, sehingga kedudukan aspal alam banyak
diganti oleh aspal minyak. Bahkan di Amerika konsumsi aspal minyak lebih dari
95% per tahun.
Komposisi elemen karbon pada aspal
minyak hampir sama dengan minyak, yaitu 83% dari berat tetapi mengandung unsur
belerang (S), natirum (na) dan oksida (O) jauh lebih besar (Tabel 1).
Tabel
1. Komposisi Kimia yang terkandung
Material
|
Komposisi Elemen (% berat)
|
||||
C
|
H
|
S
|
N
|
O
|
|
Gas Alam
|
76
|
23
|
0,2
|
0,2
|
0,3
|
Minyak Bumi
|
84
|
13
|
2
|
0,5
|
0,5
|
Aspal
|
83
|
10
|
4
|
1
|
2
|
Kerosin
|
79
|
6
|
5
|
2
|
8
|
¨
Aspal Alam
Aspal alam mulai digunakan sekitar 3000 SM penambangannya
dilakukan dari sumuran terbuka atau danau. sedangkan di Indonesia aspal alam di
Pulau Buton, Sulawesi Tenggara pada tahun 1909 oleh seorang penyelidik
berkebangsaan Belanda. Kejadian asbuton atau aspal buton masih terus diteliti
oleh para ahli. Sejauh ini, mula jadi absuton disebabkan oleh adanya pengaruh
tektonik terhadap cebakan minyak bumi yang berada di dalam bumi. Minyak bumi diduga
semula terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan
mengimpregnasi batuan sekitanya, yaitu batugamping dan batupasir. Dalam
perjalanan waktu fraksi ringan dari minyak bumi menguap sedangkan fraksi berat
bersatu dengan batuan ditempati dan membentuk aspal alam.
Secara teoritis, aspal alam terbentuk
perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi di dekat permukaan. Material
aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah batuan aspal, atau
deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai
proporsi.
Bantuan aspal juga dijumpai sebagai
deposit dari Bituminus batu pasir dan kapur. Peresapan aspal kemungkinan
ditempatkan dalam batuan asal sebagai minyak bumi yang dikonfersikan dalam
bentuknya sekarang dengan polimerisasi alam. Deposit aspal bituminous terdapat
di Amerika (Kentucki, Texsas, Oklahoma, Lousiana, Utah, Arkansas, California,
dan Alabama). Di Eropa ditemuka di Prancis, Jerman, Italia, dan Swiss.
Di dalam batuan aspal berkadar bitumen
sesuai aslinya seperti :
¨
Batuan aspal
kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt dengan kadar 9-12% dan
perimbangan material pengotor bebas.
¨
Bantuan aspal
yang merupakan natural sadstone rock aspalt berkadar 7%, sisanya bebas dari
tanah liat ataumaterial yang lain.
¨
Bantuan aspal
terproses yang terdiri atas natural sandstone rock aspalt yang bercampur dengan
beberapa sebagian semen aspal.
3.
Potensi dan Cadagan
Endapan absuton tersebar mulai dari Teluk Sampolawa sampai Teluk
Lawele. Kadar aspal dalam batuan bervariasi antara 10-45% bergantung kepada
jenis dan porositas batuan, meskipun dalam lapangan yang sama. Areal aspal
biasanya ditemukan pada puncak pegunungan atau di lereng antiklin.
Di Pulau Buton terdapat 19 lapangan aspal besar dan kecil, empat diantaranya
dikatagorikan ekonomis, yaitu lapangan Waisiu dengan cadangan sekitar 200.000
ton dan kadar bitumen rata-rata adalah 30%, kandungan (4,5 juta ton, 30%-45%)
dan lapangan Lawele (20.000 ton; 20-35%).
4. Pengolahan Aspal
Aspal Alam
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di Kabungka
yang dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup, kemudian batuan aspalnya dieksploitasi dengan
peledakan, pengecilan ukuran, pemilihan kadar, dan pencampuran. Kadar bitumen
berkisar antara 3-15% dengan hasil pencampuran berkisar antara 6,5-7%.
Lapisan absuton yang relatif keras (batuan induknya pasir) digali
dengan buldozer (ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan peledak.
Hasil galian absuton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi tiga
macam ukuran, diayak/disaring dalam bentuk curah. Absuton curah diangkut ke
pelabuhan Banabung untuk dimuat ke kapal/tongkang denagn alat muat ship
loader/conveyor dan selanjutnya dikirim ke daerah-daerah yang memerlukan di
Indonesia.
Pemasaran
menjadi kendala utama apabila penjualan/pengaspalan aspal tidak lancar,
produksi juga akan terpaksa diturunkan.
Aspal Minyak
Produksi
minyak dari lapangan Pennyslvania dan Ohio di Amerika Serikat, pertama kali
tidak dapat diolah menjadi aspal karena tidak menghasilkan residu padat tanpa
dekomposisi. Meskipun demikian, destilasi residu tersebut yang dicampur dengan
aspal yang lebih keras sudah digunakan untuk pelapisan jalan.
Pada
tahun 1881-1901, berbagai percobaan dilakukan untuk menemukan konversi dari
residu minyak menjadi produk setengah padat,tetap hasilnya belum memenuhi
persyaratan untuk pelapis jalan. Baru pada tahun 1902, aspal minyak dapat
diterima oleh pasar dalam jumlah yang cukup besar (+ 90%), terutama
setelah penemuan minyak California yang menghasilkan residu padat dan setengah
padat dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah
yang pertama dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkannya dari
fraksi yang lebih ringan dan lebih volatile. Hasil residu bergantung kepada
jumlah fraksi ringan yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 7000 F.
Poses aspal ini dikenal sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses penguapan
diperoleh aspal uap.
Penemuan
tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912, telah memudahkan perolehan
produk residu secara kontinu dalam operasinya. Penemuan tersebut juga
memungkinkan untuk dapat dilakukan. Produk proses ini dikenal dengan straight
reduced atau straight non asphait. Munculnya proses continuous cracking pada
tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi factor penentu untuk pengaspalan
jalan atau industri, dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup
dengan hanya menggunakan fraksi kecil dari minyak tanah pada taraf catalytic
craking. Usaha memperkeras residu dengan oksidasi telah diperoleh produk khusus
untuk memperbaiki suhu kerentanan dan daya tahan terhadap cuaca. Produk ini
dapat juga digunakan untuk built-up roof covering dan prepared roofing.
Teknik-teknik
baru oksidasi terus berkembang, misalnya dengan perubahan bejana penipuan
horizontal menjadi vertical, penipuan tekanan tinggi, pengontrolan temperatur
yang lebih baik, dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang dikenal sebagai
air-blown asphalt atau (aspal tiup) dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal dari
jenis straight reduced dan semisolid paving binder sering digunakan untuk
pengaspalan jalan. Produk-produk cair seperti curing, cutback, baik yang
lembut, medium, atau cepay dan emulsi air, juga sering digunakan. Aspal tiup
telah dikembalikan dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam
bentuk emulsi. Pengembangan disesuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi
dan pemakaiannya.
5.
Produksi
Produksi
aspal Indonesia terdiri dari aspal alam oleh PT. Sarana Karya dan aspal minyak
yang dihasilkan oleh empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin, yaitu
Kilang Pangkalan Brandan, Musi, Cilacap, dan Wonokromo.
Potensi
cadangan aspal alam di Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar
bitumen 20-30%. Meningat jumlah cadangan tersebut, untuk memasok kebutuhan
aspal di Indonesia yang saat ini lebih dari 500.000 ton sangat tidak mungkin.
Oleh karena itu, cadangan yang ada masih dapat dimanfaatkan sebagai pelapis
permukaan jalan dan pengikatan agregat sebagai aspal hot mix. Konsumsi
diarahkan ke Indonesia Kawasan timur yang mempunyai jarak tidak terlalu jauh,
sehingga pengangkut tidak memerlukan ongkos tinggi.
Penggunaan
absuton oleh Bina Marga mencakup program pemeliharaan, penunjang, peningkatan
dan pembangunan jalan, jembatan. Selain itu, hampir 50% aspal yang dipakai di
Indonesia berasal dari aspal minyak. Sekarang, lebih dari 95% berasal dari
aspal minyak.
6.
Kegunaan
Asbuton
dapat digunakan sebagai pelapis permukaan jalan, baik campuran dingin (cold mix) maupun campuran panas (hot mix). Pada campuran dingin absuton
dicampurkan pada temperatur rendah dengan minyak pelunak (fluk oil/bunker oil)
di dalam campuran panas absuton diperoleh dengan campuran minyak pelunak dan
agregat dengan aspal panas di dalam Aspalt, Mixing Plant.
Industri
yang memerlukan material aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu
batere, barang dari karet, dan barang dari logam.
7.
Penyebaran
Potensi
aspal alam di di Indonesia sangat
terbatas, yaitu Porvinsi Sulawesi Tenggara (Tabel 1.). Di Pulau Buton ini masih
terdapat beberapa lapangan aspal berpotensi dan cukup ekonomis.
Tabel
1. Lokasi Aspal
Provinsi
|
Lokasi
|
Sulawesi Tenggara
|
Ereke, Lawele, Siontopina,
Ulala, Kabungka
|
8.
Daftar
Acuan
Undang-Undang
Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang
Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan
Pemerintah
Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
Keputusan
Presiden
Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Peraturan
Menteri
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Buku, Majalah, Peta
Amarullah, A., Ibnu, D., Suhada D.I., 2006, Inventarisasi
Bitumen Padat Dengan A“Outcrop Drilling” Daerah Muara
Selaya, Provinsi Riau. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Asisten
Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007, Panduan Penilaian AMDAL atau
UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan, Kementerian Negara Lingkungan
Hidup.
Cahyono, E.B., 2005, Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Bitumen
Padat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung
Utara Provinsi Lampung. Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Departemen Pertambangan dan
Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan
Energi.
Dinarna, T.A., 2004,
Inventarisasi Dan Evaluasi Endapan Batubara Kabupaten
Bengkulu Utara Dan Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Direktoral Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi Minyak dan Gas Bumi 2001, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk,
2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fatimah, 2006, Survey Pendahuluan Bitumen
Padat Daerah Taba Penanjung Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Graha,
D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
.........., 2011, Kisi Kisi
Pertambangan, Unpub.
Fatimah, Basuki S., Tobing, R.L., 2005, Kajian Zonasi Daerah Potensi
Batubara Untuk Tambang Dalam Provinsi Kalimantan Timur Bagian Utara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Ibrahim, D., 2005, Survai Pendahuluan Batubara di Kabupaten Ngada,
Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2005, Survai Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Bukit Susah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990,
Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 144 H.
Sanusi, B., 1984, Mengenal
Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
….….., 1991, Hasil Tambang, Minyak dan
Gas Bumi Indonesia, UI.
Subarnas, A.,
Tobing, R.L., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara di daerah Marginal
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
……….., 2006,
Inventarisasi Endapan Batubara Di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sukardi, 2002, Inventarisasi Batubara
Bersistim Di Daerah Tanjunglubuk Dan Sekitarnya Kabupaten Ogan Komeringilir Dan
Kabupaten Ogan Komeringulu, Propinsi Sumatera Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung.
Sumaatmadja, E.
R., 2005, Survey
Pendahuluan Batubara Daerah Longiram
dan Mentawir Kabupaten Kutai Barat dan Paser Penajam Utara Provinsi
Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
..…….., 2006, Kajian Potensi Gas Methan Dalam Batubara Di Cekungan
Barito Provinsi Kalimantan Selatan.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006,
Penyusunan Neraca Batubara dan Gambut. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumaatmadja, E.
R., Napitupulu, D., 2006, Inventarisasi
Endapan Batubara Marginal
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumarna,
N., Kartasumantri, 2006, Inventarisasi Batubara Bersistem Di Daerah Mekarbaru Dan
Sekitarnya, Kec. Muara Ancalong dan Kec.
Busang Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimantan Timur. Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Suryana, A., 2005, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan Outcrop
Drilling di Daerah Kulisusu dan Sekitarnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
….…..., 2006, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat Dengan
Outcrop Drilling
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tarsis,
A. D., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Jayapura Provinsi
Papua. w Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.
….…..., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Tjahjono,
E., 2004, Survey Pendahuluan Bitumen
Padat di Daerah Sendangharjo Kabupaten Blora, Propinsi
Jawa Tengah. Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tobing, S.M., 2004, Inventarisasi Bitumen Padat di Daerah Sampolawa,
Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2006,
Inventarisasi Kandungan Minyak Dalam Bitumen Padat Daerah Padanglawas,
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat. Pusat Sumber Daya Geologi,
Bandung.
Triono, U., 2005, Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Simenggaris
Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Internet
http://www.aspindo-imsa.or.id/berita/Potensi dan Peluang
http://www.kepriprov.go.id
http://www.mii.org
pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-htmmusi-
Jaga alam ini karena anak cucu kita nanti juga masih membutuhkan
BalasHapusJaga alam ini karena anak cucu kita nanti juga masih membutuhkan
BalasHapusDear pak Doddy,
BalasHapusNama saya : Adri Talu
Alamat : Jakarta
Saya sedang mencari aspal scrap untuk pengerukan lahan parkir yang akan ditinggikan.
Mohon hubungi saya di 0822 611 99915.
Atas perhatian saya ucapkan terimakasih
Thanks,
Adri Talu
Salam,
BalasHapusApabila ada yg berminat mencari aspal buton. Sy siap bantu, baik dalam pembelian atau kerjasama dengan perusahaan yg punya izin. Karena sy adalah putera daerah dari Buton, Sulawesi Tenggara
Nama : Amarullah
BalasHapusHp : 0823 4822 1251
Email : amar.butonmangadha@gmail.com
Nama : Amarullah
BalasHapusHp : 0823 4822 1251
Email : amar.butonmangadha@gmail.com
Jual Thermal Oil Heater di Indonesia
BalasHapusPT Indira Dwi Mitra merupakan pabrik boiler indonesia yang men jual thermal oil heater terbaik dan termurah. Barang yang kami tawarkan bervariasi kapasitas tergantung permintaan customer. Thermal oil heater merupakan alat pemanas yang menggunakan media Thermal Oil Fluid sebagai media penghantar panas dan dapat diaplikasikan hingga suhu atau temperatur 350 derajat Celcius bahkan lebih.
sebagai pabrik boiler yang Jual thermal oil heater termurah, termurah bukan berarti produk yang kami tawarkan tidak bermutu. Untuk menjaga kepercayaan kualitas serta mutu kami tetap selalu dijaga agar kepercayaan menjadi produksen steam boiler di indonesia tetap terjaga. Tidak sama dengan steam yang perlu mempergunakan desakan hingga 160 bar untuk penggunaan temperatur 147 derajat Celcius,Thermal Oil Heater bekerja cuma pada desakan pompa alirannya saja hingga begitu aman serta alat-alat yang memerlukan pemanasan tak perlu didesain dengan konstruksi yang spesial. Selain itu kami juga jual sparparet termasuk juga jual burner FBR dan Baltur. Thermal oil yang kami produksi mampu mencapai Usia kerja dari Thermal Oil Fluid yang dipakai biasanya kian lebih 20 th. Serta tak dibutuhkan menambahkan apa pun sepanjang tak ada kebocoran pada pipa-pipa atau perlengkapan pemanas, serta sepanjang itu tak dibutuhkan pembersihan lantaran sisi dalam coil pemanas tak berkerak seperti pada Steam Boiler.
Adapun fitur kelebihan kelebihan Thermal Oil Heater yang kami tawarkan dibanding dengan Steam Boiler ?
Bekerja pada temperatur tinggi dengan desakan atmosferik
Temperatur control yang presisi
Tak dibutuhkan water treatment dan lain-lain bahan kimia yang membutuhkan cost tinggi
Tak ada heat losses dari condensate serta blow down seperti pada steam boiler
Tak ada korosi serta pengerakan di bagian dalam Boiler
Cost pemeliharaan yang begitu rendah serta begitu effisiensi
Operasional Full Automatic serta gampang hingga tak membutuhkan operator khususThermoblok Oil, biasanya disuplai dalam konstruksi Vertikal/horizontal yang serta begitu efektif lantaran mempergunakan Integrated burner yang memakai gas buang untuk preheating hawa pembakaran hingga pembakaran minyak begitu prima. Heating Coil terbuat dari Seamless brand mannessmann atau brand benteler, Boiler Tube yang dirol dengan cara continuous. Tiap-tiap sambungan las di check dengan cermat serta Test desakan akhir mempergunakan desakan hingga 30 Bar. Thermal Oil mengalir di dalam coil dengan kecepatan yang didesain dengan cara jeli untuk menghindari overheating yang bisa menyebabkan rusaknya oil akibat terbentuknya arang (coking).Demikian artikel diatas mengenai Jual Thermal Oil Heater di Indonesia, Jika anda tertarik untuk menggunakan produk kami Thermal Oil Heater yang kami jual serta produksi sendiri, silahkan kontak bagian sales kami pada halaman kontak di website ini.