Bitumen Padat
Oleh :
Doddy Setia Graha
Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang,
BANTEN, 42116
HP 0817799567
SARI
Bitumen padat adalah batuan sedimen yang mengandung material organik,
yang akan menghasilkan minyak melalui proses penyulingan atau reItort. Umumnya batuan yang dikategorikan sebagai bitumen
padat berupa serpih, namun batuan lain pun dapat juga dikategorikan sebagai
bitumen padat dengan syarat memiliki sejumlah material organik yang dapat
menghasilkan minyak dengan retorting proses.
Bitumen Padat tersebar pada pulau-pulau utama di Indonesia. Keberadaan
bitumen padat umumnya berasosiasi dengan batubara, walaupun tidak harus selalu
demikian. Perkiraan sumber daya bitumen padat sampai tahun 2007 sebesar 11,2
juta ton.
Analisa dari berbagai conto bitumen padat memberikan hasil yang sangat
bervariasi, mulai dari 1 lt/ton hingga mencapai 248 lt/ton (daerah Pasar Wajo,
Sulawesi Tenggara). Hasil analisa ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jumlah
kandungan material organik serta komposisi material organiknya.
1. Asal Mula Jadi
Bitumen padat adalah batuan sedimen yang mengandung material organik,
yang akan menghasilkan minyak melalui proses penyulingan atau reItort.
Umumnya batuan yang dikategorikan sebagai bitumen padat berupa serpih, namun
batuan lain pun dapat juga dikategorikan sebagai bitumen padat dengan syarat
memiliki sejumlah material organik yang dapat menghasilkan minyak dengan
retorting proses.
Pada umumnya endapan bitumen padat muncul berasosiasi dengan batubara.
Hal ini erat kaitannya dengan proses pengendapan batuan tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, maka penyebaran bitumen padat di Indonesia diasumsikan sama
dengan penyebaran formasi pembawa batubara (Gambar 1). Perlu diperhatikan bahwa
bitumen padat tidak harus selalu berasosiasi dengan batubara, walaupun pada
umumnya keberadaan bitumen padat seringkali berada diantara lapisan batubara
(interburden).
Gambar 1. Peta Sebaran Bitumen Padat di Indonesia
Namun
ada pula endapan bitumen padat yang secara stratigrafi berada di bawah lapisan
batubara, misalnya bitumen padat Formasi Sangkarewang yang lebih tua umurnya
dari batubara Formasi Sawahlunto (Cekungan Ombilin). Disinilah perlunya
penyelidikan khusus mengenai bitumen padat untuk mencermati sebaran bitumen
padat tersebut.
Bitumen Padat tersebar pada pulau-pulau utama di Indonesia. Keberadaan
bitumen padat umumnya berasosiasi dengan batubara, walaupun tidak harus selalu
demikian. Perkiraan sumber daya bitumen padat sampai tahun 2007 sebesar 11,2
juta ton. Kandungan minyak pada conto bitumen padat Indonesia sangat bervariasi
mulai dari 1 lt/ton hingga 248 lt/ton.
2. Sumber Daya
Penyebaran bitumen padat telah diselidiki oleh Pusat Sumber Daya Geologi sampai tahun
2008 sebanyak 50 (lima puluh). Program penyelidikan bitumen padat yang tersebar
pada beberapa daerah di Indonesia, dengan tingkat penyelidikan yang
berbeda-beda, mulai dari Penyelidikan Pendahuluan sampai pada penyelidikan
dengan menggunakan metode outcrop drilling. Tabel 1 menyajikan ringkasan hasil
kegiatan penyelidikan bitumen padat yang dilakukan Pusat Sumber Daya Geologi
sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, sedangkan Gambar 2 memperlihatkan
peta indeks lokasi penyelidikan bitumen padat.
Gambar
2. Indeks lokasi penyelidikan bitumen padat
Tabel
1. Hasil penyelidikan bitumen padat Pusat Sumberdaya Geologi sampai tahun
2007
Hasil berbagai penyelidikan menunjukkan bahwa endapan bitumen padat
tersebar di hampir seluruh pulau utama di Indonesia dengan ketebalan lapisan
bervariasi mulai dari beberapa centimeter sampai lebih dari 100 meter. Analisa dari berbagai conto
bitumen padat memberikan hasil yang sangat bervariasi, mulai dari 1 lt/ton
hingga mencapai 248 lt/ton (daerah Pasar Wajo, Sulawesi Tenggara). Hasil
analisa ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jumlah kandungan material
organik serta komposisi material organiknya.
Sumber daya bitumen padat Indonesia sampai dengan tahun 2007 adalah
sebesar 11,24 juta ton, dengan rincian 10,09 juta ton sumber daya hipotetik dan
1,15 juta ton sumber daya tereka.
3. Penyebaran
Penyelidikan bitumen padat masih sangat perlu dilakukan di Indonesia
mengingat masih banyak daerah yang belum terinventarisir terutama daerah-daerah
remote yang masih sulit dijangkau, karena keterbatasan infrastruktur. Komoditi
ini dapat bernilai guna untuk dimanfaatkan bagi kepentingan bangsa Indonesia
(Tabel 2.).
Tabel 2. Lokasi Bitumen
Provinsi
|
Lokasi
|
Riau
|
Bukitsusah, Muara Selaya
|
Sumatera Barat
|
Padanglawas, Kitiranjau, Talawi, Galugur
|
Riau
|
Kebon Tinggi,
Tangko
|
Sumatera
Utara
|
Kotabuluh,
Tiga Binanga
|
Bengkulu
|
Taba
Penanjung, Air Napal
|
Jambi
|
Sungai Rumbia, Mengkua Limun
|
Lampung
|
Padangratu
|
DI Yogyakarta
|
Kalibawang
|
Jawa Tengah
|
Sendangharjo, Ayah,
Banjarnegara, Bentarsari
|
Kalimantan Timur
|
Sepaso, loi Jaman
|
Kalimantan Selatan
|
Lok Pakat, Kotabaru, Tapin, Muara Uya
|
Kalimantan Tengah
|
Kandui, Ampoh
|
Sulawesi Tenggara
|
Kulisusu, Sampolawa,
Pasar Wajo
|
Sulawesi Selatan
|
Maros, Pangkep,
|
Sumber : Dari
berbagai sumber
4.
Daftar
Acuan
Undang-Undang
Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang
Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan
Pemerintah
Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
Keputusan
Presiden
Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Peraturan
Menteri
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Buku, Majalah, Peta
Amarullah, A., Ibnu, D., Suhada D.I., 2006, Inventarisasi
Bitumen Padat Dengan A“Outcrop Drilling” Daerah Muara
Selaya, Provinsi Riau. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Asisten
Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007, Panduan Penilaian AMDAL atau
UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan, Kementerian Negara Lingkungan
Hidup.
Cahyono, E.B., 2005, Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Bitumen
Padat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Utara
Provinsi Lampung. Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Departemen Pertambangan dan
Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan
Energi.
Dinarna, T.A., 2004,
Inventarisasi Dan Evaluasi Endapan Batubara Kabupaten
Bengkulu Utara Dan Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Direktoral
Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi Minyak dan Gas Bumi
2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fatimah, 2006, Survey Pendahuluan Bitumen
Padat Daerah Taba Penanjung Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
.........., 2011, Kisi Kisi
Pertambangan, Unpub.
Fatimah, Basuki S., Tobing, R.L., 2005, Kajian Zonasi Daerah Potensi
Batubara Untuk Tambang Dalam Provinsi Kalimantan Timur Bagian Utara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Ibrahim, D., 2005, Survai Pendahuluan Batubara di Kabupaten Ngada,
Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2005, Survai Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Bukit Susah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Madjadipoera,
T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 144 H.
Sanusi,
B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
….…..,
1991, Hasil Tambang, Minyak dan Gas Bumi Indonesia, UI.
Subarnas, A.,
Tobing, R.L., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara di daerah Marginal
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
……….., 2006,
Inventarisasi Endapan Batubara Di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sukardi, 2002, Inventarisasi Batubara Bersistim Di Daerah Tanjunglubuk Dan Sekitarnya Kabupaten Ogan
Komeringilir Dan Kabupaten Ogan Komeringulu, Propinsi Sumatera Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung.
Sumaatmadja, E.
R., 2005, Survey
Pendahuluan Batubara Daerah Longiram
dan Mentawir Kabupaten Kutai Barat dan Paser Penajam Utara Provinsi
Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
..…….., 2006, Kajian Potensi Gas Methan Dalam Batubara Di Cekungan
Barito Provinsi Kalimantan Selatan.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006,
Penyusunan Neraca Batubara dan Gambut. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumaatmadja, E.
R., Napitupulu, D., 2006, Inventarisasi
Endapan Batubara Marginal
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumarna,
N., Kartasumantri, 2006, Inventarisasi Batubara Bersistem Di Daerah Mekarbaru Dan
Sekitarnya, Kec. Muara Ancalong dan Kec.
Busang Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimantan Timur. Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Suryana, A., 2005, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan Outcrop
Drilling di Daerah Kulisusu dan Sekitarnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung.
….…..., 2006, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat Dengan
Outcrop Drilling
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tarsis,
A. D., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Jayapura Provinsi
Papua. w Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.
….…..., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Tjahjono,
E., 2004, Survey Pendahuluan Bitumen
Padat di Daerah Sendangharjo Kabupaten Blora, Propinsi
Jawa Tengah. Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tobing, S.M., 2004, Inventarisasi Bitumen Padat di Daerah Sampolawa,
Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2006,
Inventarisasi Kandungan Minyak Dalam Bitumen Padat Daerah Padanglawas,
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat. Pusat Sumber Daya Geologi,
Bandung.
Triono, U., 2005, Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Simenggaris
Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Internet
http://www.aspindo-imsa.or.id/berita/Potensi dan Peluang
http://www.kepriprov.go.id
http://www.mii.org
pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-htmmusi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar