Rabu, 17 Oktober 2012

ASPAL


ASPAL

Oleh :
Doddy Setia Graha

Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567


SARI

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
Aspal merupakan bitumen yang merupakan istilah umum untuk sekelompok material yang terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat di lebur (fusible) dan mencair (soluble) dalam karbon disulfide, yang termasuk kelompok ini adalah Aspal, Aspaltit, Mineral wax (lilin), Pirobitumen dan Aspaltit Pirobitumen.
Aspal yang dikenal saat ini dan dipergunakan dipasaran dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan kepada proses pembentukannya, yaitu :
·         Aspal minyak diperoleh dari penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai kadar, volume lebih besar dan lebih ekonomis daripada aspal alam.
·         Aspal alam mulai digunakan sekitar 3000 SM penambangannya dilakukan dari sumuran terbuka atau danau. sedangkan di Indonesia aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Produksi aspal Indonesia terdiri dari aspal alam dan aspal minyak yang dihasilkan oleh empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin, yaitu Kilang Pangkalan Brandan, Musi, Cilacap, dan Wonokromo. Potensi cadangan aspal alam di Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar bitumen 20-30%.
Aspal dapat digunakan sebagai pelapis permukaan jalan, baik campuran dingin (cold mix) maupun campuran panas (hot mix). Pada campuran dingin aspal dicampurkan pada temperatur rendah dengan minyak pelunak (fluk oil/bunker oil) di dalam campuran panas absuton diperoleh dengan campuran minyak pelunak dan agregat dengan aspal panas di dalam Aspalt, Mixing Plant. Industri yang memerlukan material aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu batere, barang dari karet, dan barang dari logam.


1.     Asal Mula Jadi
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

2.     Istilah
Aspal merupakan bitumen yang merupakan istilah umum untuk sekelompok material yang terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat di lebur (fusible) dan mencair (soluble) dalam karbon disulfide, yang termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut :
¨      Aspal adalah material berwarna hitam dengan sementasi yang solid atau semi solid. Secara umum aspal akan melunak jika dipanaskan dan kembali lebih solid setelah dingin. Di alam aspal ditemukan diruangan bercelah dan pori batuan atau dari produk sampingan penyulingan minyak.
¨      Aspaltit adalah material berwarna hitam secara alami terjadi dari bitumen solid, biasanya mengkilap dan pecahannya membentuk konkoidal. Aspalitit yang sudah dikenal adalah kilsonit (wintahit), grahamit dan danter.
¨      Mineral wax (lilin) adalah material yang solid atau semi solid. Secara relatif dapat disebut sebagai bitumen, tidak mudah menguap, warnanya bervariasi dan kilap lilin. Mineral lilin yang cukup dikenal adalah ozokerit.
¨      Pirobitumen adalah material berwarna hitam berupa hidrokarbon yang solid dapat dilebur dan relatif dapat dicairkan dalam karbon disulfide. Penamaan material ini berdasarkan sifatnya yang baru membentuk hidrokarboncair atau gas setelah dipanaskan.
¨      Aspaltit pirobitumen adalah sebagai substantially free of oxygenated bodies. Misalnya, wurtzilit (elaterit), alberit, dan impsonit. Sedangkankan non-aspaltik pirobitumen mengandung oxygenated bodies seperti batubara dan gambut.
Memang ada aspal yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi selain itu ada juga aspal yang dihasilkan sebagai bahan galian atau hasil tambang. Di Indonesia bahan galian aspal sudah lama dikenal orang. Aspal yang dikenal saat ini dan dipergunakan dipasaran dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan kepada proses pembentukannya, yaitu :
¨      Aspal Minyak
Aspal minyak diperoleh dari penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai kadar, volume lebih besar dan lebih ekonomis daripada aspal alam. Adanya variasi kadar ini memungkinkan dipakainya aspal di berbagai industri, sehingga kedudukan aspal alam banyak diganti oleh aspal minyak. Bahkan di Amerika konsumsi aspal minyak lebih dari 95% per tahun.
Komposisi elemen karbon pada aspal minyak hampir sama dengan minyak, yaitu 83% dari berat tetapi mengandung unsur belerang (S), natirum (na) dan oksida (O) jauh lebih besar (Tabel 1).

                                    Tabel 1. Komposisi Kimia yang terkandung

Material
Komposisi Elemen (% berat)
C
H
S
N
O
Gas Alam
76
23
0,2
0,2
0,3
Minyak Bumi
84
13
2
0,5
0,5
Aspal
83
10
4
1
2
Kerosin
79
6
5
2
8

¨      Aspal Alam
Aspal alam mulai digunakan sekitar 3000 SM penambangannya dilakukan dari sumuran terbuka atau danau. sedangkan di Indonesia aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara pada tahun 1909 oleh seorang penyelidik berkebangsaan Belanda. Kejadian asbuton atau aspal buton masih terus diteliti oleh para ahli. Sejauh ini, mula jadi absuton disebabkan oleh adanya pengaruh tektonik terhadap cebakan minyak bumi yang berada di dalam bumi. Minyak bumi diduga semula terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan mengimpregnasi batuan sekitanya, yaitu batugamping dan batupasir. Dalam perjalanan waktu fraksi ringan dari minyak bumi menguap sedangkan fraksi berat bersatu dengan batuan ditempati dan membentuk aspal alam.
Secara teoritis, aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi di dekat permukaan. Material aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah batuan aspal, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai proporsi.
Bantuan aspal juga dijumpai sebagai deposit dari Bituminus batu pasir dan kapur. Peresapan aspal kemungkinan ditempatkan dalam batuan asal sebagai minyak bumi yang dikonfersikan dalam bentuknya sekarang dengan polimerisasi alam. Deposit aspal bituminous terdapat di Amerika (Kentucki, Texsas, Oklahoma, Lousiana, Utah, Arkansas, California, dan Alabama). Di Eropa ditemuka di Prancis, Jerman, Italia, dan Swiss.
Di dalam batuan aspal berkadar bitumen sesuai aslinya seperti :
¨      Batuan aspal kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt dengan kadar 9-12% dan perimbangan material pengotor bebas.
¨      Bantuan aspal yang merupakan natural sadstone rock aspalt berkadar 7%, sisanya bebas dari tanah liat ataumaterial yang lain.
¨      Bantuan aspal terproses yang terdiri atas natural sandstone rock aspalt yang bercampur dengan beberapa sebagian semen aspal.
      
3.     Potensi dan Cadagan
Endapan absuton tersebar mulai dari Teluk Sampolawa sampai Teluk Lawele. Kadar aspal dalam batuan bervariasi antara 10-45% bergantung kepada jenis dan porositas batuan, meskipun dalam lapangan yang sama. Areal aspal biasanya ditemukan pada puncak pegunungan atau di lereng antiklin.
Di Pulau Buton terdapat 19 lapangan aspal besar dan kecil, empat diantaranya dikatagorikan ekonomis, yaitu lapangan Waisiu dengan cadangan sekitar 200.000 ton dan kadar bitumen rata-rata adalah 30%, kandungan (4,5 juta ton, 30%-45%) dan lapangan Lawele (20.000 ton; 20-35%). 

4.      Pengolahan Aspal
Aspal Alam
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di Kabungka yang dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara mengupas tanah penutup, kemudian batuan aspalnya dieksploitasi dengan peledakan, pengecilan ukuran, pemilihan kadar, dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-15% dengan hasil pencampuran berkisar antara 6,5-7%.
Lapisan absuton yang relatif keras (batuan induknya pasir) digali dengan buldozer (ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan peledak. Hasil galian absuton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi tiga macam ukuran, diayak/disaring dalam bentuk curah. Absuton curah diangkut ke pelabuhan Banabung untuk dimuat ke kapal/tongkang denagn alat muat ship loader/conveyor dan selanjutnya dikirim ke daerah-daerah yang memerlukan di Indonesia.
Pemasaran menjadi kendala utama apabila penjualan/pengaspalan aspal tidak lancar, produksi juga akan terpaksa diturunkan.

Aspal Minyak
Produksi minyak dari lapangan Pennyslvania dan Ohio di Amerika Serikat, pertama kali tidak dapat diolah menjadi aspal karena tidak menghasilkan residu padat tanpa dekomposisi. Meskipun demikian, destilasi residu tersebut yang dicampur dengan aspal yang lebih keras sudah digunakan untuk pelapisan jalan.
Pada tahun 1881-1901, berbagai percobaan dilakukan untuk menemukan konversi dari residu minyak menjadi produk setengah padat,tetap hasilnya belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan. Baru pada tahun 1902, aspal minyak dapat diterima oleh pasar dalam jumlah yang cukup besar (+ 90%), terutama setelah penemuan minyak California yang menghasilkan residu padat dan setengah padat dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah yang pertama dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkannya dari fraksi yang lebih ringan dan lebih volatile. Hasil residu bergantung kepada jumlah fraksi ringan yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 7000 F. Poses aspal ini dikenal sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses penguapan diperoleh aspal uap.
Penemuan tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912, telah memudahkan perolehan produk residu secara kontinu dalam operasinya. Penemuan tersebut juga memungkinkan untuk dapat dilakukan. Produk proses ini dikenal dengan straight reduced atau straight non asphait. Munculnya proses continuous cracking pada tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi factor penentu untuk pengaspalan jalan atau industri, dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan hanya menggunakan fraksi kecil dari minyak tanah pada taraf catalytic craking. Usaha memperkeras residu dengan oksidasi telah diperoleh produk khusus untuk memperbaiki suhu kerentanan dan daya tahan terhadap cuaca. Produk ini dapat juga digunakan untuk built-up roof covering dan prepared roofing.
Teknik-teknik baru oksidasi terus berkembang, misalnya dengan perubahan bejana penipuan horizontal menjadi vertical, penipuan tekanan tinggi, pengontrolan temperatur yang lebih baik, dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang dikenal sebagai air-blown asphalt atau (aspal tiup) dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal dari jenis straight reduced dan semisolid paving binder sering digunakan untuk pengaspalan jalan. Produk-produk cair seperti curing, cutback, baik yang lembut, medium, atau cepay dan emulsi air, juga sering digunakan. Aspal tiup telah dikembalikan dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi. Pengembangan disesuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.

5.     Produksi
Produksi aspal Indonesia terdiri dari aspal alam oleh PT. Sarana Karya dan aspal minyak yang dihasilkan oleh empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin, yaitu Kilang Pangkalan Brandan, Musi, Cilacap, dan Wonokromo.
Potensi cadangan aspal alam di Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar bitumen 20-30%. Meningat jumlah cadangan tersebut, untuk memasok kebutuhan aspal di Indonesia yang saat ini lebih dari 500.000 ton sangat tidak mungkin. Oleh karena itu, cadangan yang ada masih dapat dimanfaatkan sebagai pelapis permukaan jalan dan pengikatan agregat sebagai aspal hot mix. Konsumsi diarahkan ke Indonesia Kawasan timur yang mempunyai jarak tidak terlalu jauh, sehingga pengangkut tidak memerlukan ongkos tinggi.
Penggunaan absuton oleh Bina Marga mencakup program pemeliharaan, penunjang, peningkatan dan pembangunan jalan, jembatan. Selain itu, hampir 50% aspal yang dipakai di Indonesia berasal dari aspal minyak. Sekarang, lebih dari 95% berasal dari aspal minyak.

6.     Kegunaan
Asbuton dapat digunakan sebagai pelapis permukaan jalan, baik campuran dingin (cold mix) maupun campuran panas (hot mix). Pada campuran dingin absuton dicampurkan pada temperatur rendah dengan minyak pelunak (fluk oil/bunker oil) di dalam campuran panas absuton diperoleh dengan campuran minyak pelunak dan agregat dengan aspal panas di dalam Aspalt, Mixing Plant.
Industri yang memerlukan material aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu batere, barang dari karet, dan barang dari logam.

7.     Penyebaran
Potensi aspal alam di  di Indonesia sangat terbatas, yaitu Porvinsi Sulawesi Tenggara (Tabel 1.). Di Pulau Buton ini masih terdapat beberapa lapangan aspal berpotensi dan cukup ekonomis.

Tabel  1. Lokasi Aspal
Provinsi
Lokasi
Sulawesi Tenggara
Ereke,  Lawele, Siontopina, Ulala, Kabungka

8.     Daftar Acuan

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor  4  Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Buku, Majalah, Peta
Amarullah, A., Ibnu, D., Suhada D.I., 2006, Inventarisasi Bitumen Padat Dengan A“Outcrop Drilling”  Daerah Muara Selaya, Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007, Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Cahyono, E.B., 2005, Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Bitumen Padat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan  Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Departemen Pertambangan dan Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan Energi.
Dinarna, T.A., 2004,  Inventarisasi Dan Evaluasi  Endapan Batubara Kabupaten Bengkulu Utara Dan Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  
Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi Minyak dan Gas Bumi 2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fatimah, 2006, Survey Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Fatimah, Basuki S., Tobing, R.L., 2005, Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara Untuk Tambang Dalam Provinsi Kalimantan Timur Bagian Utara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Ibrahim, D., 2005, Survai Pendahuluan Batubara di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2005, Survai Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Bukit Susah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 144 H.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
 ….….., 1991, Hasil Tambang, Minyak dan Gas Bumi Indonesia, UI.
Subarnas, A., Tobing, R.L., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara di daerah Marginal
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
……….., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara Di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. 
Sukardi, 2002, Inventarisasi  Batubara Bersistim Di Daerah Tanjunglubuk Dan Sekitarnya Kabupaten Ogan Komeringilir Dan Kabupaten Ogan Komeringulu, Propinsi Sumatera Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Sumaatmadja, E. R., 2005, Survey   Pendahuluan   Batubara  Daerah   Longiram   dan  Mentawir  Kabupaten  Kutai  Barat  dan  Paser Penajam  Utara   Provinsi   Kalimantan  Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  
..…….., 2006, Kajian Potensi Gas Methan Dalam Batubara Di Cekungan Barito Provinsi  Kalimantan Selatan. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006, Penyusunan Neraca Batubara dan Gambut. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumaatmadja, E. R., Napitupulu, D., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara Marginal
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.
. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumarna, N., Kartasumantri, 2006, Inventarisasi Batubara Bersistem Di Daerah Mekarbaru Dan Sekitarnya,  Kec. Muara Ancalong dan Kec. Busang Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Suryana, A., 2005, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling di Daerah Kulisusu dan Sekitarnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
.…..., 2006, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat Dengan Outcrop Drilling 
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tarsis, A. D., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. w Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
.…..., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tjahjono, E., 2004, Survey Pendahuluan Bitumen Padat di Daerah Sendangharjo Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tobing, S.M., 2004, Inventarisasi Bitumen Padat di Daerah Sampolawa, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2006, Inventarisasi  Kandungan Minyak Dalam Bitumen Padat Daerah Padanglawas, Kabupaten Dharmasraya,  Provinsi Sumatra Barat. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Triono, U., 2005, Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Simenggaris Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  

Internet 
http://www.mii.org
pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-htmmusi-

7 komentar:

  1. Jaga alam ini karena anak cucu kita nanti juga masih membutuhkan

    BalasHapus
  2. Jaga alam ini karena anak cucu kita nanti juga masih membutuhkan

    BalasHapus
  3. Dear pak Doddy,
    Nama saya : Adri Talu
    Alamat : Jakarta
    Saya sedang mencari aspal scrap untuk pengerukan lahan parkir yang akan ditinggikan.
    Mohon hubungi saya di 0822 611 99915.
    Atas perhatian saya ucapkan terimakasih

    Thanks,
    Adri Talu

    BalasHapus
  4. Salam,
    Apabila ada yg berminat mencari aspal buton. Sy siap bantu, baik dalam pembelian atau kerjasama dengan perusahaan yg punya izin. Karena sy adalah putera daerah dari Buton, Sulawesi Tenggara

    BalasHapus
  5. Nama : Amarullah
    Hp : 0823 4822 1251
    Email : amar.butonmangadha@gmail.com

    BalasHapus
  6. Nama : Amarullah
    Hp : 0823 4822 1251
    Email : amar.butonmangadha@gmail.com

    BalasHapus
  7. Jual Thermal Oil Heater di Indonesia
    PT Indira Dwi Mitra merupakan pabrik boiler indonesia yang men jual thermal oil heater terbaik dan termurah. Barang yang kami tawarkan bervariasi kapasitas tergantung permintaan customer. Thermal oil heater merupakan alat pemanas yang menggunakan media Thermal Oil Fluid sebagai media penghantar panas dan dapat diaplikasikan hingga suhu atau temperatur 350 derajat Celcius bahkan lebih.

    sebagai pabrik boiler yang Jual thermal oil heater termurah, termurah bukan berarti produk yang kami tawarkan tidak bermutu. Untuk menjaga kepercayaan kualitas serta mutu kami tetap selalu dijaga agar kepercayaan menjadi produksen steam boiler di indonesia tetap terjaga. Tidak sama dengan steam yang perlu mempergunakan desakan hingga 160 bar untuk penggunaan temperatur 147 derajat Celcius,Thermal Oil Heater bekerja cuma pada desakan pompa alirannya saja hingga begitu aman serta alat-alat yang memerlukan pemanasan tak perlu didesain dengan konstruksi yang spesial. Selain itu kami juga jual sparparet termasuk juga jual burner FBR dan Baltur. Thermal oil yang kami produksi mampu mencapai Usia kerja dari Thermal Oil Fluid yang dipakai biasanya kian lebih 20 th. Serta tak dibutuhkan menambahkan apa pun sepanjang tak ada kebocoran pada pipa-pipa atau perlengkapan pemanas, serta sepanjang itu tak dibutuhkan pembersihan lantaran sisi dalam coil pemanas tak berkerak seperti pada Steam Boiler.

    Adapun fitur kelebihan kelebihan Thermal Oil Heater yang kami tawarkan dibanding dengan Steam Boiler ?

    Bekerja pada temperatur tinggi dengan desakan atmosferik
    Temperatur control yang presisi
    Tak dibutuhkan water treatment dan lain-lain bahan kimia yang membutuhkan cost tinggi
    Tak ada heat losses dari condensate serta blow down seperti pada steam boiler
    Tak ada korosi serta pengerakan di bagian dalam Boiler
    Cost pemeliharaan yang begitu rendah serta begitu effisiensi
    Operasional Full Automatic serta gampang hingga tak membutuhkan operator khususThermoblok Oil, biasanya disuplai dalam konstruksi Vertikal/horizontal yang serta begitu efektif lantaran mempergunakan Integrated burner yang memakai gas buang untuk preheating hawa pembakaran hingga pembakaran minyak begitu prima. Heating Coil terbuat dari Seamless brand mannessmann atau brand benteler, Boiler Tube yang dirol dengan cara continuous. Tiap-tiap sambungan las di check dengan cermat serta Test desakan akhir mempergunakan desakan hingga 30 Bar. Thermal Oil mengalir di dalam coil dengan kecepatan yang didesain dengan cara jeli untuk menghindari overheating yang bisa menyebabkan rusaknya oil akibat terbentuknya arang (coking).Demikian artikel diatas mengenai Jual Thermal Oil Heater di Indonesia, Jika anda tertarik untuk menggunakan produk kami Thermal Oil Heater yang kami jual serta produksi sendiri, silahkan kontak bagian sales kami pada halaman kontak di website ini.

    BalasHapus