Minggu, 23 September 2012

SIRTU (Pasir Batu)


SIRTU (Pasir Batu)

Oleh :
Doddy Setia Graha

Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567


SARI
Sirtu adalah singkatan dari pasir batu. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.
Penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.


1.     Asal Mula jadi
Sirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran butir yang tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu yang terdapat di beberapa wilayah umumnya berasal dari pasir dan batuan gunungapi, bersifat andesitik dan sering bercampur dengan pasir batu apung.
Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.
Biasanya sirtu diendapkan pada lingkungan air seperti sungai, danau maupun laut dikenal dengan sebutan aluvium. Kenampakan sirtu saat ini adalah sesuatu yang tidak padu antara meterial batuan dengan halusnya. Bila endapan aluvium ini sudah terbentuk dengan ketebalan dan penyebaran yang sangat luas, bersamaan dengan berjalannya waktu dan proses geologi yang berkerja sehingga kenampakan batuan ini sudah berada pada daerah ketinggian atau bukit. Nama sirtu pun beralih menjadi konglomerat karena batuan tersebut sudah padu menjadi satu antara material batuan dengan material halusnya.

2.     Nama
Sirtu merupakan singkatan dari pasir diambil sir dan batu diambil tu sehingga singkatannya menjadi sirtu. Istilah sirtu telah dikenal oleh orang teknik terutama yang berkecimpung dan bidang fisik jalan maupun pembangunan gedung. Sirtu biasanya diambil dari endapan sungai atau yang terdapat digunung tetapi materialnya sudah berkomposisi seperti sirtu dari sungai.

3.     Sifat Fisik
Sirtu
a.      Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :
¨      Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan indikasi  kekerasan £ 2,2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal
¨      Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali

b.      Agregat lempung memenuhi persyaratan di bawah ini :
¨      Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak
¨      Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering)

c.       Agregat batuan memenuhi persyaratan di bawah ini :
¨      Ukuran maksimum, ft2            : 75 (ASTM C615-80)
¨      Densitas lbs/ ft2                       : (ASTM C-97)
- Rendah                                  : 150
- Minimal diinginkan  : 160
- Tinggi                                    : 190
¨      Penyerapan air % berat          :
(ASTM C-121)                (ASTM C-97)
- Rendah                                  : 0,02
- Minimal diinginkan  : 0,40
¨      Kuat tekan, ksi             : (ASTM C-170)
- Minimal diinginkan  : 90
- Tinggi                                    : 52
¨      Kuat tarik, ksi                          : (ASTM C-99)
- Minimal diinginkan  : 1,5
- Tinggi                                    : 5,5
¨      Modulus elastisitas, ksi           :
- Rendah                                  : 2
- Tinggi                                    : 10
¨      Ketahanan Abrasi                    : tidak diinginkan
(ASTM C-241)

Paduan antara material yang besar-besar seperti material batuan dan material pasir serta material lempung. Material batuan beku sangat baik untuk bahan pondasi bangunan ringan - sedang, sedangkan material halus sangat baik untuk pengisi celah dan batuan bangunan.

4.     Kegunaan
Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.
Sesuai dengan pemakaiannya serta harus memenuhi persyaratan (Tabel 1. dan 2.) sebagai berikut :
¨      Untuk dipakai sebagai agregat beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan organis, kotoran-kotoran, lempung atau bahan lainnya merugikan mutu beton;
¨      Dalam pemakaiannya untuk konstruksi jalan sirtu/agregat terbagi dalam 3 kelas (A,B dan C) dengan persyaratan yang berbeda baik untuk di bawah lapisan dasar maupun untuk lapisan dasar;
¨      Persyaratan agregat untuk di bawah lapisan dasar adalah sepeti tercantum pada Tabel 1. dan 2.;
¨      Agregat untuk lapisan dasar harus memenuhi persyaratan umum sebagai  berikut:
-         Kekerasan minimum 6
-          Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maksimum 10
-          Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate soundness test, % maks. 12
-          Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran, % maksimum 10
-          Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500 putaran, % maksimum 40
-         Partikel - partikel tipis, memanjang, prosentase berat (partike lebih besar dari 1”  dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjang) , maks 5 %
-         Bagian-bagian batu yang lunak, maksimum 5 %
-         Gumpalan-gumpalan lempung % maksimum. 0,25 %

Tabel 1.  Persyaratan Sirtu
     Uraian Syarat-Syarat
     Klas A
    Klas B

     Klas C

1.      Prosentase berat yang lewat                 ayakan (ASTM) dalam (%)
       3’’
       2”
       1 ½"
       1”
       3/4"
       No. 4
       No. 8
       No. 10
       No. 200
2.     Keterangan pasir, min
3.     Kehilangan berat akibat    abrasi dari partikal yang tertinggal pada ayakan.
ASTM no. 12 (AASHOT                       96), maks.
4.     Campuran agregat




5. Index plastis, maks.
6. batas cair, maks.


100
-
60 – 90
46 – 78
40 – 70
13 – 45
6 – 36
-
0 – 10
25




40

batu pecah
kerikil
pecah


-
-


-
100
70 – 100
55 – 85
50 – 80
30 – 60

20 – 50
5 – 15
25




40

kerikil
pasir
batu pecah
lempung.

6
25


-
-
100
-
-
-

85 maks
15 maks
25




40

pasir
kerikil



-
-
Sumber : Standar : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F)

Tabel 2. Persyaratan Kelas Tiap Agregat
Uraian syarat-syarat
Klas A
Klas B
Klas C
1. Prosentase berat yang     lewat ayakan standard dalam %
     2 1/2”
     2”
     1 1/2"
     1
     3/4"
     1/2"
     3/8”
     No. 4
     No. 100
     No. 200

2. Index plastis,maks.

3. sand equivalent, minimum

4. batas cair, maksimum



100
90 – 100
35 – 70
0 – 15
-
0 – 5
-


-

-

-

-




-
-
100
60 – 100
-

-
35 – 60

8 – 15

8

50

25



-
-
-

-

100
85 – 100
10 – 20
-

6

30

-
Sumber : Standar : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F)

5.       Penyebaran
Sirtu tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama di sekitar daerah aliran sungai dan pedataran. Daerah penyebaran sirtu dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Lokasi keterdapatan sirtu di Indonesia
Provinsi
Lokasi
Sumatera Utara
S. Alasa. S. Bogali, S. Moi, S. Oyo,  S. Loou
DI. Aceh
Samadua, Sawang, Labuhan Haji Barat, Kluet Utara, Pasie Raja, Kluet Selatan, Kluet Tengah, Kluet TimurDesa Kampung Baru, Desa Sikoran, Desa Biskang, Desa Sianjo-anjo, Desa Lae Sipola, Desa Lae Raso, Desa Kuala Makmur, Desa Luan Balu, Desa Lasingalu, Desa Simpang Abail, Desa Suak Bulu, Desa Enao, Desa Lataling, Desa Labuan Bakti
Lampung
Way Seputih, Way Saru Balah, Way Bambang, S. Semaka, Way Bandung, Way Laay/Menterang, Waigalih, Merbau, Mataram Way Tenumbang, Way Pedada, Way Laay, Dusun Tembaka, Way Gedau, Way Baturaja, Way Melesom, Way Kenda way, Desa Bambang, Way Malaya, Way Halami, Sungai Manula, Way Mincang, Desa Putih Doh, Way Cangkanan, Way Semaka, Way Semuong, Desa Siring Betah, Way Belu, Desa Belu, Way Maja II, Way Lalaan, Desa Piabung, Way Tebu, Desa Purwodadi
Riau
Rantau Kasai, Bangun Purba Timur Jaya, Sungai Napal, Menaming, Ujungbatu, Rokan, Batulangkah
Banten
S. Cisimeut, S. Ciujung, S. Cidikit, Cimandur, Cihara, Cileles, S. Cilembar, S. Cibubgur, S. Ciliman, Cikapar, Teluk Naga, Curug, Cikupa, Pasir Keris, Jatiuwung, Balaraja, Sepatan, Legok, Serpong, Ciputat, S. Ciujung, S. Cisadane, G. Karang, G. Gede, Cimarga, Rajeg, Benda, Curug, Cipondoh
Jawa Barat
Lembang, Nanjung, Banjaran, Cililin, Garut, Tarogong, Cileungsi, Cicurug, Cibatu, Cimalaka, Cibulu, Cipeles, Tomo, Sinar Galih, Cikondang, Cimarta, Wirareja, Purwakarta, Pacing, Kalimanti, S. Cisanggarung, S. Cilutung, S. Cisadane, Cibarusah, Toklet, Cisereh, Sekitar kawasan sayap Gn. Galunggung, Cipatujah, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang, Subang, Tasikmalaya
Jawa Tengah
Bantar Kawung, Kaligung, Sendang, Bantir, K. Pemali, K. Serayu, K. Patebon, K. Progo, Tegarejo, K. Pabean, Mojosari, K. Jebol, Sungai Tajum, Logawa, Krukut, Banjaran
Jawa Timur
K. Perang, K. Bangkok, K. Lesti, Pronojiwo, Petajun, Penanggal, Jaglo, K. Mujur, Padang Sari, K. Porong, K. Bengawan Solo, K. Musir, K. Brantas, K. Gumbalo, K. Porong, K. Baru
Kalimantan Tengah
S. Kahayang, Tewah
Kalimantan Selatan
Beroyong, Pagar, Padang Batung, S. Kentep, Binuang, S. Batang Alai
Kalimantan Barat
Sungai Kelewai, Sungai Pinoh bagian hulu, Desa Ambayo Selatan, Desa Keranji Panjang, Desa Anik, Desa Muara Behe, Sungai Tayan, Sei Ilai
Bali
Gumaksa
Nusa Tenggara Timur
Sungai Kadengar, Desa Kananggar, Desa Hambautang
Sulawesi Tenggara
Ranomuto, S. Koneweha, Unaaha
Sulawesi Selatan
S. Minahasa, Babru, Mangassa, Tompobulu, Logora, Bikeru, Labettang, Lembang Lohe Biroro, Bonto, Kanrung, Bongki Batumimbalo, Biringere, Sungai Bone-Bone, Sungai Kanjiro, Sungai  Uraso,  Mata air panas Pincara, Sungai Baliase, Sungai  Radda, Sungai Rongkong, Sungai Tomoni, Sungai  Kalaena,  Sungai Singgeni, Sungai  Bambalu,
Sulawesi Utara
Ratatotok, Donowudu, Marisa, Lamilo, Bulantio
Sulawesi Barat
Tallu Banua, Pu Awang, Gentungan
Gorontalo
Leatu Utara, Sungai Paguyaman, Sungai Bone, Sungai Bilonga, Sungai Bone, Muara Sungai Bilungala, Patilanggio
Maluku
S. Takoma, Susupu, S. Sidangol, S. Loko, P. Seram
Maluku Utara
Jiku Merasa, Batunuhan, Wae Poti, Wae Nibe, Wae Sepait, Wae Tabi, Wamlana, Wae Mana, Wae Puda Liku Hoson, Wae Mangi Fena Kute, Wae Ili Waha Wahi, Wae Langa Walnetata, Wae Bebek, Wae Duma, Wae Apu, Wae Lata, Wae Kajeli, Wae Kawa, Wae Fana, Wae Hanua, Wae Sapalewa, Wae Mala, Wae Kaputih, Wae Uli, Wae Hau, Wae Marina, Wae Ela, Wae Sarisa, Wae Samu, Wae Hatu, Wae Mital, Wae Ira, Wae Ama, Wae Tala
Papua
Remu, Holmaffin, S. Woske, Sewan
Papua Barat
P. Waigeo, P. Batanta, P. Salawati, Desa Aman, Distrik Timbuni, Distrik Maskona, Distrik Jagiro, Distrik Bintuni, Distrik Bintuni
            Sumber : Dari berbagai sumber

6.                 Daftar Acuan
Atmawinata, S., H.Z. Habidin, 1991, Geologi Lembar Ujung Kulon, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bahar, N., Latif, N.A.,  2002, Kusdarto, Arifin D., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Gorontalo Dan Boalemo Provinsi Gorontalo. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Bates, R.L., 1969, Geology of the Industrial Rocks and Minerals, Dover Pub. Inc.
Departemen Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan Galian Indonesia, Unpub.
……....., 2003, Potensi Bahan Galian di Banten Selatan, Majalah Menara Banten, Banten.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Halim, S., Harahap, I.A.,  Sukmawan, 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Sumbawa Barat Dan Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Halim, A.S., Muksin, I., Bakkara, J., 2006, Inventarisasi Dan Penyelidikan Mineral Non Logam Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Kaelani M.S., Sutisna T., Muksin I., Kusumah T., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Dan Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Priyono, S.,   Labaik, G.,  Abdullah, S.,  Kusumah, T.T.,  Susilo, H., Jajah, 2005, Inventarisasi   Dan   Evaluasi   Mineral   Non   Logam Daerah  Kabupaten  Sinjai  Dan  Bone,  Provinsi   Sulawesi  Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. 
Priyono, S.,  Bahar, N.,  Labaik, G.,  Mudjahar,  Arifin, D.,  Susilo H., 2006, Inventarisasi  Dan  Evaluasi  Mineral  Non  Logam Di  Daerah  Kabupaten  Buru  Dan  Kabupaten  Seram  Bagian  Barat Provinsi  Maluku Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. 
Priyono, S.,   Labaik, G.,  Abdullah, S.,  Kusumah, T.T.,  Susilo, H., Jajah, 2005, Inventarisasi   Dan   Evaluasi   Mineral   Non   Logam Daerah  Kabupaten  Sinjai  Dan  Bone,  Provinsi   Sulawesi  Selatan. Provinsi Lampung Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Raja, M., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Daerah Kabupaten Nias Dan Nias Selatan. Provinsi Sumatera Utara.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006, Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Rusmana, E., K. Suwitodirdjo, Suharsono, 1991, Geologi Lembar Serang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Santosa, S., 1991, Geologi Lembar Anyer, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
Sudana, D., S. Santosa,  1992, Geologi Lembar Cikarang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sujatmiko, S. Santosa, 1992, Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sukmawardany, R., Adrian, Z., Bahar, N., 2004, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Daerah Kabupaten Majene Dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Supardan, K.M., Sutandi, A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Musi Rawas Dan Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Supardan K.M., Sukmawan, Sutandi A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Lampung Tengah Dan Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Standar : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F), Departemen Pekerjaan Umum.
Turkandi, T., Sidarto, D.D. Agustyanto, M.M. Purbo Hadiwidjojo, 1992, Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Yusuf A.F., Aswan I., Halim S., Inventarisasi Dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Zulfikar, Zainith, A., Sulaeman, A.S., 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Rokan Hulu Dan Rokan Hilir, Provinsi Riau.  Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
 Priyono, S., Latif, N.A., Tandjung, S.A.W., Inventarisasi  Dan  Evaluasi  Mineral  Non  Logam  Di  Kabupaten Pangkajene  Kepulauan  Dan  Kabupaten   Barru, Provinsi  Sulawesi  Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

Internet 
http://www.mii.org


2 komentar:

  1. info sangat membantu
    bang kalau bisa batu pecah untuk jalan kelas a,b, dan c juga.thx

    BalasHapus