Jumat, 05 Oktober 2012

Bitumen Padat


Bitumen Padat
Oleh :
Doddy Setia Graha

Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567


SARI

Bitumen padat adalah batuan sedimen yang mengandung material organik, yang akan menghasilkan minyak melalui proses penyulingan atau reItort. Umumnya batuan yang dikategorikan sebagai bitumen padat berupa serpih, namun batuan lain pun dapat juga dikategorikan sebagai bitumen padat dengan syarat memiliki sejumlah material organik yang dapat menghasilkan minyak dengan retorting proses.
Bitumen Padat tersebar pada pulau-pulau utama di Indonesia. Keberadaan bitumen padat umumnya berasosiasi dengan batubara, walaupun tidak harus selalu demikian. Perkiraan sumber daya bitumen padat sampai tahun 2007 sebesar 11,2 juta ton.
Analisa dari berbagai conto bitumen padat memberikan hasil yang sangat bervariasi, mulai dari 1 lt/ton hingga mencapai 248 lt/ton (daerah Pasar Wajo, Sulawesi Tenggara). Hasil analisa ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jumlah kandungan material organik serta komposisi material organiknya.


1.     Asal Mula Jadi
Bitumen padat adalah batuan sedimen yang mengandung material organik, yang akan menghasilkan minyak melalui proses penyulingan atau reItort. Umumnya batuan yang dikategorikan sebagai bitumen padat berupa serpih, namun batuan lain pun dapat juga dikategorikan sebagai bitumen padat dengan syarat memiliki sejumlah material organik yang dapat menghasilkan minyak dengan retorting proses.
Pada umumnya endapan bitumen padat muncul berasosiasi dengan batubara. Hal ini erat kaitannya dengan proses pengendapan batuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penyebaran bitumen padat di Indonesia diasumsikan sama dengan penyebaran formasi pembawa batubara (Gambar 1). Perlu diperhatikan bahwa bitumen padat tidak harus selalu berasosiasi dengan batubara, walaupun pada umumnya keberadaan bitumen padat seringkali berada diantara lapisan batubara (interburden).
 


Gambar 1. Peta Sebaran Bitumen Padat di Indonesia

Namun ada pula endapan bitumen padat yang secara stratigrafi berada di bawah lapisan batubara, misalnya bitumen padat Formasi Sangkarewang yang lebih tua umurnya dari batubara Formasi Sawahlunto (Cekungan Ombilin). Disinilah perlunya penyelidikan khusus mengenai bitumen padat untuk mencermati sebaran bitumen padat tersebut.
Bitumen Padat tersebar pada pulau-pulau utama di Indonesia. Keberadaan bitumen padat umumnya berasosiasi dengan batubara, walaupun tidak harus selalu demikian. Perkiraan sumber daya bitumen padat sampai tahun 2007 sebesar 11,2 juta ton. Kandungan minyak pada conto bitumen padat Indonesia sangat bervariasi mulai dari 1 lt/ton hingga 248 lt/ton.
           
2.     Sumber Daya
Penyebaran bitumen padat telah diselidiki oleh Pusat Sumber Daya Geologi sampai tahun 2008 sebanyak 50 (lima puluh). Program penyelidikan bitumen padat yang tersebar pada beberapa daerah di Indonesia, dengan tingkat penyelidikan yang berbeda-beda, mulai dari Penyelidikan Pendahuluan sampai pada penyelidikan dengan menggunakan metode outcrop drilling. Tabel 1 menyajikan ringkasan hasil kegiatan penyelidikan bitumen padat yang dilakukan Pusat Sumber Daya Geologi sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, sedangkan Gambar 2 memperlihatkan peta indeks lokasi penyelidikan bitumen padat.
  

Gambar 2. Indeks lokasi penyelidikan bitumen padat


 Tabel 1.  Hasil penyelidikan bitumen padat Pusat Sumberdaya Geologi sampai tahun 2007


Hasil berbagai penyelidikan menunjukkan bahwa endapan bitumen padat tersebar di hampir seluruh pulau utama di Indonesia dengan ketebalan lapisan bervariasi mulai dari beberapa centimeter sampai lebih dari 100 meter. Analisa dari berbagai conto bitumen padat memberikan hasil yang sangat bervariasi, mulai dari 1 lt/ton hingga mencapai 248 lt/ton (daerah Pasar Wajo, Sulawesi Tenggara). Hasil analisa ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jumlah kandungan material organik serta komposisi material organiknya.
Sumber daya bitumen padat Indonesia sampai dengan tahun 2007 adalah sebesar 11,24 juta ton, dengan rincian 10,09 juta ton sumber daya hipotetik dan 1,15 juta ton sumber daya tereka.

3.     Penyebaran
Penyelidikan bitumen padat masih sangat perlu dilakukan di Indonesia mengingat masih banyak daerah yang belum terinventarisir terutama daerah-daerah remote yang masih sulit dijangkau, karena keterbatasan infrastruktur. Komoditi ini dapat bernilai guna untuk dimanfaatkan bagi kepentingan bangsa Indonesia (Tabel 2.).

Tabel  2. Lokasi Bitumen
Provinsi
Lokasi
Riau
Bukitsusah, Muara Selaya
Sumatera Barat
Padanglawas, Kitiranjau, Talawi, Galugur
Riau
Kebon Tinggi, Tangko
Sumatera Utara
Kotabuluh, Tiga Binanga
Bengkulu
Taba Penanjung, Air Napal
Jambi
Sungai Rumbia, Mengkua Limun
Lampung
Padangratu
DI Yogyakarta
Kalibawang
Jawa Tengah
Sendangharjo, Ayah, Banjarnegara, Bentarsari
Kalimantan Timur
Sepaso, loi Jaman
Kalimantan Selatan
Lok Pakat, Kotabaru, Tapin, Muara Uya
Kalimantan Tengah
Kandui, Ampoh
Sulawesi Tenggara
Kulisusu, Sampolawa,  Pasar Wajo
Sulawesi Selatan
Maros, Pangkep,
            Sumber : Dari berbagai sumber

4.     Daftar Acuan

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor  4  Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Buku, Majalah, Peta
Amarullah, A., Ibnu, D., Suhada D.I., 2006, Inventarisasi Bitumen Padat Dengan A“Outcrop Drilling”  Daerah Muara Selaya, Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007, Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Cahyono, E.B., 2005, Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Bitumen Padat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan  Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Departemen Pertambangan dan Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan Energi.
Dinarna, T.A., 2004,  Inventarisasi Dan Evaluasi  Endapan Batubara Kabupaten Bengkulu Utara Dan Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  
Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi Minyak dan Gas Bumi 2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fatimah, 2006, Survey Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Fatimah, Basuki S., Tobing, R.L., 2005, Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara Untuk Tambang Dalam Provinsi Kalimantan Timur Bagian Utara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Ibrahim, D., 2005, Survai Pendahuluan Batubara di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2005, Survai Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Bukit Susah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 144 H.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
 ….….., 1991, Hasil Tambang, Minyak dan Gas Bumi Indonesia, UI.
Subarnas, A., Tobing, R.L., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara di daerah Marginal
Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
……….., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara Di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. 
Sukardi, 2002, Inventarisasi  Batubara Bersistim Di Daerah Tanjunglubuk Dan Sekitarnya Kabupaten Ogan Komeringilir Dan Kabupaten Ogan Komeringulu, Propinsi Sumatera Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Sumaatmadja, E. R., 2005, Survey   Pendahuluan   Batubara  Daerah   Longiram   dan  Mentawir  Kabupaten  Kutai  Barat  dan  Paser Penajam  Utara   Provinsi   Kalimantan  Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  
..…….., 2006, Kajian Potensi Gas Methan Dalam Batubara Di Cekungan Barito Provinsi  Kalimantan Selatan. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006, Penyusunan Neraca Batubara dan Gambut. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumaatmadja, E. R., Napitupulu, D., 2006, Inventarisasi Endapan Batubara Marginal
Di Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.
. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Sumarna, N., Kartasumantri, 2006, Inventarisasi Batubara Bersistem Di Daerah Mekarbaru Dan Sekitarnya,  Kec. Muara Ancalong dan Kec. Busang Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Suryana, A., 2005, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling di Daerah Kulisusu dan Sekitarnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
.…..., 2006, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat Dengan Outcrop Drilling 
Di Daerah Sungai Rumbia Dan Sekitarnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tarsis, A. D., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. w Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
.…..., 2006, Inventarisasi Batubara Di Daerah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tjahjono, E., 2004, Survey Pendahuluan Bitumen Padat di Daerah Sendangharjo Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tobing, S.M., 2004, Inventarisasi Bitumen Padat di Daerah Sampolawa, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
………., 2006, Inventarisasi  Kandungan Minyak Dalam Bitumen Padat Daerah Padanglawas, Kabupaten Dharmasraya,  Provinsi Sumatra Barat. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Triono, U., 2005, Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Simenggaris Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.  

Internet 
http://www.mii.org
pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-htmmusi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar