Minggu, 23 September 2012

KOMODITI SENG


KOMODITI SENG

Oleh :
Doddy Setia Graha

Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567

SARI

Seng adalah unsur logam, biru-abu-abu, dengan nomor atom 30. Seng merupakan konduktor listrik yang cukup baik.
Mineral seng yang paling banyak dan paling ekonomis berupa Zeng sulfida disebut spalerit, Smithsinit, Hemimorphit, Franklinit,  Zincit dan Wilemit.
Penggunaan seng yang terbesar sebagai pelapis tipis untuk produk besi dan baja yang perlu dilindungi dari karat. Proses ini disebut galvanisasi. Penggunaan terbesar kedua seng sebagai paduan (selain kuningan atau perunggu). Konsumsi seng yang tersisa untuk membuat cat, bahan kimia, aplikasi pertanian, dalam industri karet, di layar TV, lampu neon dan untuk baterai sel kering. Selain itu  seng juga banyak digunakan di dalam industri keramik, kosmetik, sebagai obat-obatan tekstil, kimia dan sebagainya.

1.     Asal Mula Jadi
Seng adalah unsur logam, biru-abu-abu, dengan nomor atom 30. Pada suhu kamar, seng rapuh tetapi menjadi lentur pada 100o C dapat ditempa dan dibentuk menjadi bengkok. Seng merupakan konduktor listrik yang cukup baik. Hal ini relatif tahan terhadap korosi di udara atau air sehingga digunakan sebagai lapisan pelindung pada produk besi untuk melindungi dari berkarat.
Seng merupakan salah satu logam dasar yang penting dalam industri. Logam seng umumnya dihasilkan bersama-sama dengan tambang, timbal dan sampai dewasa ini belum ada yang khusus mengusahakan seng.
Mineral seng yang paling banyak dan paling ekonomis berupa Zeng sulfida disebut spalerit atau seng blende atau masih banyak lagi nama lainnya, mempunyai rumus kimia ZnS dan mengandung 57 – 76 % Zn. Disamping itu mineral-mineral seng yang kurang ekonomis dibandingkan sphalerit ialah :
¨      Smithsinit (Zn CO3);52% Zn
¨      Hemimorphit (Zn4Si2O7 (OH)2H2O), % Zn
¨      Franklinit [(Zn, Fe, Mn) O]; 14,2% Zn
¨      Zincit (Zn O); 80,3% Zn
¨      Wilemit (Zn2 Si O4); 58,5% Zn
¨      Spalerit (Zn S) 67% Zn
Mineral-mineral seng kebanyakan terjadi bersama-sama dengan mineral-mineral besi, tembaga, emas dan perak. Seperti halnya dengan cebakan timbal, jebakan seng terjadi akibat proses replacement dan pengisian celah (cavity filling). Mineral-mineral seng terutama jika dalam bentuk oksida mudah larut sehingga oleh karena itu cebakan seng jarang terlihat dipermukaan tanah sebagai singkapan, jika dilapangan ditemukan struktur gosan, dan didapatkan adanya mineral timbal maka dapat diharapkan di dalam gosan tersebut terdapat mineral seng terutama sekali jika gosen tersebut terdapat dalam batuan karbonat.
Dibandingkan dengan timbal pemakaian di dunia diperkirakan 1,8 juta ton pertahun atau 10% lebih kecil daripada pemakaian timbal. Seng digunakan kebanyakan daripada jebakan tersebut sudah diusahakan sebelum perang akan tetapi karena hasilnya mengecewakan disebabkan oleh karena kadarnya yang rendah dan cadangannya terbatas sehingga kemudian ditinggalkan. Kadar Pb disini adalah kira-kira 13,5 % sampai 20 % sedangkan Zn adalah kira-kira 1,6 % sampai 0 %. Mineralnya biasanya dalam bentuk sulfida yakni gaknit dan sphakrit.

2.     Nama
Pada tahun 1200, India produksi logam seng dengan membakar bahan organik smithsonite (ZnCO3, karbonat seng). Seng digunakan jauh sebelum itu dikenal sebagai elemen yang berbeda. Seng telah ditemukan pada 1000 SM diidentifikasi sebagai elemen. Pada tahun 1746 oleh Jerman, Andreas Marggraf mengidentifikasi elemen tersebut sebagai seng.
Derivasi dari seng diketahui tetapi berasal dari kata yang mirip zinker Jerman yang digunakan untuk Zink elemen.

3.     Sifat Fisik
Spalerit – ZnS
Sistem kristal       :  Kubik (Gambar 1.)
Belahan               :  Sempurna
Kekerasan            : 3,5 – 4
BD                        :  3,9 - 4,1
Kilap                    : Damar sampai sub logam
Warna                 :  Merah jingga sampai mendekati hitam
Gores                   :  Coklat sampai kuning
Optik                    :  Cerah, isotrop, n = 2,36 - 2,47
Terdapatnya        : Mineral utama dari seng ditemukan sepanjang urat-urat mesotermal dengan galena dan sulfida.


                        Gambar 1. Bentuk kristal spalerit

4.      Kegunaan
Seng relatif tidak reaktif di udara atau air. Akibatnya, itu diterapkan dalam lapisan tipis untuk produk besi dan baja yang perlu dilindungi dari karat. Proses ini disebut galvanisasi. Galvanizing dilakukan dalam beberapa cara. Secara umum, logam yang dicelupkan ke dalam seng cair. Hal ini juga dapat dilakukan dengan elektroplating atau lukisan di lapisan senyawa seng. Lebih dari setengah dari seng yang dikonsumsi digunakan untuk galvanisasi.
Penggunaan terbesar kedua seng sebagai paduan (selain kuningan atau perunggu). Konsumsi seng yang tersisa untuk membuat cat, bahan kimia, aplikasi pertanian, dalam industri karet, di layar TV, lampu neon dan untuk baterai sel kering. Celengan terbuat dari seng - dengan lapisan tipis dari tembaga di atas.
Selain seng banyak digunakan sebagai bahan untuk bangunan, ternyata seng banyak digunakan untuk proteksi logam terhadap korosi. Seng digunakan sebagai bahan campuran logam pigment, reducing agents, lithographic plate, cell-cell kering. Selain itu  seng juga banyak digunakan di dalam industri keramik, kosmetik, sebagai obat-obatan tekstil, kimia dan sebagainya.

5.     Penyebaran
Sebaran endapan biji seng banyak terdapat di berbagai daerah seperti terlihat pada Tabel 1. Kebutuhan seng setiap tahun relatif meningkat, untuk itu diperlukan pengusaha dalam memperdayakan cadangan seng yang ada.

Tabel 1. Seng
Provinsi
Lokasi
D.I. Aceh
K. Beurrung, K. Isep, Pasir Putih, Lokop
Sumatra Utara
Bululaga, Nias, Sihajo, Huta Bargot, Muara Soma, Ulu Aekgeneme, Estella, Pagaran Si Ayu, Bukit Pionggu, Mulilir, G. Marisi, Sidingin.
Sumatra Barat
Sumpu, Balung, Batangbio, Batu Menjulur, lubuk Sulasih, Sungai Talang, Sungai Pagu, Bulangsi, Tepan, Mangani, G. Arum.
Sumatra Selatan
S. Tubah, Aer Kulus, Aer Siri, Bukit Lajak, Kikim Besar
Bengkulu
S. Ipah, G. Batu Bertulis, Aer Penejum, Aer Saleh, Aer Iaten, Aer Bagus, Tabah Tembilang, Aer Anget , Aer Limpur, Cepci, Aer Kedurang, Aer Loh, Muara Imou Tanag, Lebong Simpang, Lebong Donok, Lebong Sulit, Lebong Kandis, Simau, Tambang Sawah.
Lampung
Rajabasa, G. Ratai
Banten
Cirotan
Jawa Barat
Cirotan, G. Parang, G. Sawal
Jawa Timur
Janglot, Dawuhan, Kidung Pring, Tegalrejo, Domasan, Kalitelu, Kasihan, Brungkah, Batu Ulu
Kalimantan Barat
Mandor, Bengkayang, S. Samarayak
Kalimantan Tengah
S. Mentaga
Kalimantan Timur
S. Mara
Sulawesi Selatan
Sasak, Masupu, Bobokan
Sumber : Dari berbagai sumber

6.     Daftar Acuan

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor  4  Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Buku, Majalah, Peta
Atmawinata, S., H.Z. Habidin, 1991, Geologi Lembar Ujung Kulon, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bates, R.L., 1969, Geology of the Industrial Rocks and Minerals, Dover Pub. Inc.
Battay, M.H., 1972, Mineralogy For Student, Longman Group Ltd.
Departemen Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Departemen Pertambangan dan Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan Energi.
Direktorat Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia, Departemen Pertambangan.
Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2001, Data dan Informasi Minyak dan Gas Bumi 2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan Galian Indonesia, Unpub.
..........., 2001, Daya Dukung Alam Banten Dalam Pembangunan, Koran Fajar Banten, Banten.
……....., 2003, Potensi Bahan Galian di Banten Selatan, Majalah Menara Banten, Banten.
……....., 2004, Ketersedianya Sumberdaya Alam Di Masa Datang, Koran Fajar Banten, Banten.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Hurlburt, C.S., 1971, Dana’s Manual of Mineralogy, Eignteenth Ed., John Wiley and Sons.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Middlemost, E.A.K., 1985, Magmas and Magmatic Rocks, Longman Group Ltd.
Rahardjo, M., 2007, Memahami AMDAL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 144 H.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
Sujatmiko, S. Santosa, 1992, Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Internet 
http://www.mii.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar