Minggu, 16 September 2012

KOMODITI PERAK


KOMODITI PERAK

Oleh :
Doddy Setia Graha

Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567

SARI
Simbol kimia perak (silver) adalah Ag, kata Latin Argentum. Silver memiliki kilau, terang metalik, dan ketika tak bernoda, berwarna putih. Perak ditemukan dengan sejumlah unsur yang berbeda untuk membentuk berbagai mineral dan bijih. Hal ini juga ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil (trace) dalam emas, seng, timah dan bijih tembaga.
Mineral-mineral pembawa yang komersil ialah : Native Silver atau perak alam (kadar 100 %), Ikatan Sulfida, Sulfosalts atau gram-garam sulfo, Mineral Klorid, dan Sebagai Tellurida.
Perak biasanya berasosiasi dengan logam-logam dasar, misalnya tembaga, zing dan timbal; dengan kadar yang sangat bervariasi dari kadar rendah sampai yang berkadar tinggi.
Perak yang dihasilkan di dunia kebanyakan berasal dari cebakan hydrothermal type fissure filling. Perak yang dihasilkan di Indonesia pada umumnya terdapat atau dihasilkan bersama-sama dengan emas, karenanya lebih dikenal dengan bijih emas dan perak.
Pada kenyataannya hasil peraknya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hasil emasnya. Oleh karena itu harga emas jauh lebih mahal.
Perak digunakan untuk uang, perhiasan, campuran-campuran logam (alloy), solder perak fotografi, di dalam industri kimia, untuk obat-obatan, alat-alat listrik, keramik, high efficiency, batteries pada zet, peluru kendali, kamera televisi, alat-alat presisi (scientific instrument), destilasi air, katalis dalam pembuatan etilen, cermin, plating perak, sendok garpu meja, gigi, peralatan medis, ilmiah, logam bantalan, gulungan magnet, brazing paduan, dan solder.


1.     Asal Mula Jadi
Perak (nomor atom 47) kadang-kadang ditemukan di Bumi sebagai mineral perak asli. Simbol kimia adalah Ag, kata Latin Argentum. Silver memiliki kilau, terang metalik, dan ketika tak bernoda, berwarna putih. Perak ditemukan dengan sejumlah unsur yang berbeda untuk membentuk berbagai mineral dan bijih. Hal ini juga ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil (trace) dalam emas, seng, timah dan bijih tembaga.
Sebagai mineral, perak mengkristal dalam sistem (isometrik) kubik. Jarang membentuk kristal. Biasanya ditemukan  sebagai lembaran tipis atau kabel yang panjang. Perak agak lunak dengan kekerasan 2 sampai 3 skala Mohs. Seperti emas, mudah ditempa yang berarti dapat ditempa menjadi lembaran tipis. Hal ini juga ulet, yang berarti dapat ditarik menjadi kawat.
Seperti halnya dengan emas; perak dalam berdiri sendiri sebagai unsur tinggal sebagai perak alam (native silver) dan berupa mineral-mineral ikatan. Mineral-mineral pembawa yang komersil ialah :
¨      Native Silver atau perak alam (kadar 100 %)
¨      Ikatan Sulfida
Argentit (Ag2S); kadar 87% Ag.
Stromecrite (CuAgS); kadar 49 - 53%.
¨      Sulfosalts atau gram-garam sulfo
Polibasit (Ag,Cu)16Sb2S11 ; kadar 61 - 74% Ag
Pearccit Ag16As12S11; kadar 57 - 77% Ag
Pyrargyrit atau ruby gelap, (Ag3SbS3); kadar 60 - 61 Ag
Proustit atau ruby terang,(Ag3AsS3) kadarnya 64 - 65% Ag
Tetrahedrit atau freibergit Kadar berasosiasi 0 - 7% Ag
Tennantit (Cu1Fe1Ag)12As4S13 ; kadar 0 - 4% Ag
Stephanit (Ag5Sb4) kadar 68 - 69% Ag
¨      Mineral Klorid
Cerargeyrit (AgCl), kadar 67 - 75% Ag
¨      Sebagai Tellurida
Silvanit (Ag1An)Te2; kadar 9 - 14% Ag
Hassit (Ag2Te); kadar 59 - 63% Ag
Petzit (Ag3AnTe2) kadar 41- 45% Ag

Perak biasanya berasosiasi dengan logam-logam dasar, misalnya tembaga, zing dan timbal; dengan kadar yang sangat bervariasi dari kadar rendah sampai yang berkadar tinggi. Perak yang dihasilkan di dunia kebanyakan berasal dari cebakan hydrothermal type fissure filling. Perak yang dihasilkan di Indonesia pada umumnya terdapat atau dihasilkan bersama-sama dengan emas, karenanya lebih dikenal dengan bijih emas dan perak. Oleh karena itu tempat perak dihasilkan dan cadangan-cadangan perak di Indonesia yaitu sama dengan emas. Walau pada kenyataannya hasil peraknya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hasil emasnya. Oleh karena itu harga emas jauh lebih mahal.
            Produksi jenis bahan tambang perak Indonesia pada tahun 2005 sampai 2009 tertera pada Tabel 1. dan Tabel 2.

Tabel   1. Produksi  jenis bahan tambang perak, 2005-2009
Jenis
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Perak
kg
326 993
270 631
268 967
224 163
326 773

Tabel 2. Produksi, konsumsi, eksport dan import perak tahun 2003 - 1997
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
Production, tons
Consumption, tons
Export, tons
Import, tons
Sumber : Data Pertambangan Mineral dan Batubara, www.tekmira.esdm.go.id

2.     Nama
Perak telah dikenal dan digunakan sejak zaman kuno. Bukti di Asia Kecil menunjukkan bahwa orang-orang memisahkan perak dari timah selama 3000 lalu sebagai SM Seperti emas, itu adalah logam berharga, baik untuk keindahan dan kegunaan.
Perak bernama dari Inggris Kuno (Anglo-Saxon) asal kata seolfer. Nama ini berhubungan dengan kata Silber Jerman dan zilfer kata Belanda.
Sebuah nama Latin awal untuk mineral ini adalah Luna yang berarti bulan, kiasan untuk mencolok berkilau dan cerah.

3.     Sifat Fisik
Perak - Ag
Sistem kristal         : Isometrik
Belahan                  : Tidak ada
Kekerasan              : 2,5 - 3
BD                          : 10,5
Kilap                       : Logam
Warna                    : Putih
Gores                     : Putih
Optik                      : Opak, isotrop
Terdapatnya          : Di dalam zona-zona oksidasi dari endapan-endapan bijih. Terbentuk karena proses hidrotermal.

4.     Kegunaan
Perak pada zaman dahulu digunakan untuk uang. Tetapi hingga kini perak masih tetap bertahan sebagai perhiasan. Disamping itu, sebagian kecil perak juga digunakan untuk membuat campuran-campuran logam (alloy), solder perak fotografi, di dalam industri kimia, untuk obat-obatan, alat-alat listrik, keramik, high efficiency, batteries pada zet dan peluru kendali, kamera televisi, alat-alat presisi (scientific instrument).
Digunakan dalam fotografi, perhiasan, dalam elektronik karena konduktivitas yang sangat tinggi, sebagai mata uang.  Biasanya dalam beberapa bentuk paduan, dalam melapisan drum dan peralatan lainnya untuk kapal reaksi kimia, destilasi air, katalis dalam pembuatan etilen , cermin, konduktor listrik, baterai, plating perak, sendok garpu meja, gigi, peralatan medis, ilmiah, kontak listrik, logam bantalan, gulungan magnet, brazing paduan, solder. Perak ditambang di sekitar 56 negara.

5.     Penyebaran
Berdasarkan hasil penyelidikan endapan-endapan yang mengandung bijih perak di Indonesia dapat di lihat pada Tabel 3. Endapan atau yang mengandung bijih perak di Indonesia seperti yang terdapat di daerah-daerah penyebaran bijih emas dan tembaga karena di alam ke tiga unsur tersebut selalu bersama-sama.
Tabel 3. Lokasi keterdapatan unsur perak
Provinsi
Lokasi
Banten
Cikondang, Ciwangu, G. Cari, Cirotan, Cipangleseran, Cipicung, Cikotok, Cikidang, G. Endut, Lepas Pantai Bayah, Cibaliung, Padarincang
Jawa Barat
Tasikmalaya, Bogor
Papua
Mimika, Peg. Lemaire
Sumber : Dari berbagai sumber

6.     Daftar Acuan

Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor  4  Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Buku, Majalah, Peta
Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007, Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Atmawinata, S., H.Z. Habidin, 1991, Geologi Lembar Ujung Kulon, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Battay, M.H., 1972, Mineralogy For Student, Longman Group Ltd.
Departemen Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Departemen Pertambangan dan Energi, 1989, Buku Laporan Tahunan Pertambangan, Departemen Pertambangan dan Energi.
Direktorat Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia, Departemen Pertambangan.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan Galian Indonesia, Unpub.
..........., 2001, Daya Dukung Alam Banten Dalam Pembangunan, Koran Fajar Banten, Banten.
……....., 2003, Potensi Bahan Galian di Banten Selatan, Majalah Menara Banten, Banten.
……....., 2004, Ketersedianya Sumberdaya Alam Di Masa Datang, Koran Fajar Banten, Banten.
.........., 2004, Ketersedianya Sumberdaya Alam Di Masa Datang, Koran Fajar Banten, Banten.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Hurlburt, C.S., 1971, Dana’s Manual of Mineralogy, Eignteenth Ed., John Wiley and Sons.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Middlemost, E.A.K., 1985, Magmas and Magmatic Rocks, Longman Group Ltd.
Rusmana, E., K. Suwitodirdjo, Suharsono, 1991, Geologi Lembar Serang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Santosa, S., 1991, Geologi Lembar Anyer, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
Sudana, D., S. Santosa,  1992, Geologi Lembar Cikarang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Suhala, S., M. Arifin (Ed.), 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.
Sujatmiko, S. Santosa, 1992, Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Internet 
http://www.mii.org
pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-htmmusi-rawas.go.id/musirawas/images/stories/pdf...

1 komentar: